Jepang.
Malam tahun baru adalah malam paling
indah yang pernah ada di hidupku. Saat kita berumur 6 tahun, kau menggenggam
tanganku begitu erat kala sedang menyaksikan kembang api yang ditembakkan ke
arah langit pada malam itu.
***
Elsa Anitta Wijaya, anak dari seorang
pengusaha kaya yang memiliki lebih dari 7 perusahaan terkemuka di Asia, bisa
dibilang kamu ini ratu yang bisa mendapatkan apapun hanya dalam sekali minta.
Sedangkan aku, aku hanyalah anak yang menumpang tinggal di istana mewah yang
kamu sebut rumah. Ibuku bekerja sebagai asisten rumah tangga sekaligus menjadi
orang yang mengurus dan menjagamu di rumah itu, karena rumahku berada jauh dari
rumah mewahmu itu, jadi, ibuku terpaksa tinggal di rumahmu sembari bekerja
disana. Ayah dan kakakku bekerja hampir setiap hari, karena ibuku tidak ingin
aku sendirian di rumah jadi ibuku mengajak aku untuk tinggal di salah satu
kamar yang ada di rumah mewah milik ayahmu itu, dan di rumah itulah aku dapat
mengenalmu.
Belum genap setahun kita berteman,
tahun baru pun tiba. Kamu dan keluarga besarmu mengadakan acara pada saat malam
tahun baru, dan kamu mengajakku untuk bergabung denganmu dan beberapa saudaramu
yang sepantaran dengan kita. Sambil memakan makanan yang disediakan pada acara
itu kita pun menunggu tengah malam. Setelah makan, beberapa asisten ayahmu
menyiapkan banyak kembang api yang sudah dibeli sebelum ayahmu pulang dari
Hongkong kemarin. Tidak lama setelah semua kembang api selesai dipersiapkan,
jam pun menyatakan tengah malam dan ayahmu meminta asistennya untuk menyalakan
semua kembang api itu. Saat kembang api itu ditembakkan ke arah langit, kamu
menggenggam tanganku, bersamaan dengan rasa kagumku tentang indahnya kembang
api itu akupun bahagia bisa mengenalmu dan keluargamu itu. Setelah itu, kita pun
selalu menikmati kembang api bersama pada setiap malam tahun baru.
***
Saat aku lulus dari Sekolah Dasar,
ibuku memutuskan berhenti bekerja di rumahmu dan pada akhirnya aku dan ibuku
tidak tinggal disana lagi, namun, kamu selalu menelepon ibuku jika sedang ingin
mengobrol dengannya, ingin sekali aku ambil telepon itu dari ibuku dan mulai
mengobrol denganmu setiap kali melihat ibuku sedang mengobrol denganmu lewat
telepon. Tidak jarang juga kamu main ke rumah kecilku kala itu, saat kamu ke
rumahku alasan yang kamu gunakan agar ayahmu memberi izin selalu sama; rindu.
Yah, saat kamu menceritakan itu seketika aku memang berfikir bahwa kamu rindu
ibuku, tetapi, entah ini hanya perasaanku saja atau apa, kamu lebih banyak
menghabiskan waktu untuk mengobrol denganku, menceritakan semua ceritamu ke
aku, dibandingkan bercerita dengan ibuku seperti yang selalu kamu lakukan lewat
telepon.
Tidak sepertimu yang bisa mendapat
apapun yang kamu mau, aku harus menabung terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan
sesuatu yang aku inginkan. Setelah lama menabung akhirnya aku bisa membeli
Handphone pribadi untukku, yah, alasan utamanya sih memang karena aku ingin
berkomunikasi denganmu seperti yang selalu kamu lakukan dengan ibuku. Tidak
pakai lama aku langsung mencari nomor pribadimu di kontak Handphone ibuku,
setelah dapat langsung saja aku kabari kamu bahwa aku sudah mempunyai Handphone
untuk kita berkomunikasi. Setelah kamu tahu bahwa aku sudah mempunyai alat
komunikasiku sendiri, kamu jadi jarang menelepon ibuku karena selalu aku yang
jadi tujuan cerita keseharianmu itu, aku senang kamu mau bercerita kepadaku,
walau terkadang ibuku memasang wajah heran tercampur cemburu karna selalu aku
yang jadi pendengar dari cerita bahagiamu itu. Dari komunikasi lewat telepon
itu akhirnya kita bisa semakin dekat, kita bertukar cerita, dan, sampai pada
akhirnya, seminggu sebelum tahun baru yang bersamaan dengan libur kelulusan
sekolah kamu mengajakku merayakan malam tahun baru bersama keluargamu setelah
beberapa tahun kita tidak merayakannya bersama, tapi, aku sudah terlalu malu
untuk bisa bergabung dengan keluarga besarmu itu, saat kutolak ajakanmu itu
kamu seketika terdiam dari telepon itu dan langsung mematikan teleponnya,
kufikir kamu kecewa karena aku tidak menerima ajakan itu, walau sebenarnya aku
sangat ingin menerimanya, tetapi aku fikir memangnya aku siapa?! Aku kan
hanya orang yang pernah menumpang tinggal di istana besar itu.
Tidak ingin kalah dengan orang-orang
lainnya, aku beserta keluarga kecilku mengadakan pesta kecil di rumah untuk
merayakan pergantian tahun kala itu, dengan disediakan beberapa potong ayam
yang dibeli dari pasar serta beberapa jagung yang sudah siap untuk dibakar,
kami pun siap mengadakan pesta malam tahun baru. Saat aku sedang menyiapkan
tempat untuk membuat jagung bakar, aku dan keluargaku dibuat kebingungan oleh
sebuah mobil mewah yang tiba-tiba parkir di rerumputan samping rumahku, tidak
lama setelah mesin mobil tersebut mati, pintu mobil pun terbuka, dan tiba-tiba
seorang wanita yang sudah tidak asing lagi wajahnya pun keluar dari mobil
tersebut.
“Eca?!!” tanyaku sedikit terkejut
“kamu kenapa tak pernah meneleponku
lagi semenjak kututup teleponnya di hari itu?” Tanya darimu yang sedikit
cemberut tanpa sedikitpun membuat wajah cantikmu mengekerut
“eh, hmm, pulsaku habis, aku belum
sempat membelinya, hehe” jawabku spontan, yang padahal pulsaku masih tersisa
cukup banyak karna tidak pernah terpakai semenjak tidak berkomunikasi denganmu.
“kamu kok kesini?! Bagaimana dengan acara keluargamu?” lanjutku
“ayah sedang ada urusan mendadak, jadi
malam tahun baru kali ini kami tidak mengadakan acara apapun” katamu sedikit
tersenyum.
Aku sedikit panik; apa yang harus aku
sediakan untuk seorang ratu yang sedang keluar istananya sepertimu ?! untuk
sementara waktu aku abaikan fikiran seperti itu dan mulai membakar ayam yang
sudah disiapkan oleh ibuku.
Tidak sampai dua jam sampai semua
ayamnya siap untuk dimakan, akupun kembali terfikir; apakah kamu bisa memakan
makanan seperti ini?! Karena kehidupanmu setiap hari pun selalu memakan makanan
mewah yang jika kuhitung harga satu porsi makanan tersebut setara dengan uang
jajanku selama dua minggu.
“kamu tidak apa memakan ini?” tanyaku
sedikit ragu
“memangnya kenapa?” jawabmu seakan tak
ada masalah
Kamu dan sopirmu pun makan bersama
keluargaku pada malam itu,
“mmm, enak banget, ini yang paling enak
yang pernah aku makan” katamu dengan wajah senang setelah mencoba ayam bakar
kala itu.
Aku sangat tau bahwa saat itu kamu
sedang berbohong, tapi di sisi lain aku melihat keluargaku bahagia dengan
ekspresimu itu, jadi kubiarkan saja. Beberapa menit setelah makan, aku
mengajakmu untuk ke rumah pohon yang sudah lama aku buat itu, sopirmu khawatir,
takut kamu jatuh dan terluka, tapi kamu mengabaikan itu dan tetap menerima
ajakanku. Di rumah pohon itu kita mengobrol, bercerita tentang kita dulu kala
bahagia, tertawa bersama seperti kesedihan tidak akan pernah terasa, berkhayal
seakan semua ini hanyalah awal, ya mungkin ini memang awal. Aku tidak begitu
faham arti cinta, tapi, sepertinya aku jatuh cinta kepadamu, Eca.
Sedang asiknya kita bercerita, waktu
menunjukkan tengah malam dan pergantian tahun pun terjadi. Dari rumah pohon,
kita menikmati indahnya cahaya dari kembang api yang ditembakkan ke arah
langit, gemerlap kembang api yang sementara mengalahkan cahaya bintang itu
terlihat sangat indah, dengan didasari langit malam, semuanya terlihat seperti
sudah diatur oleh sang pencipta. Bintang pun terlihat sengaja redup agar cahaya
kembang api itu bisa terlihat sangat terang dan indah, saat aku sadar bahwa aku
terlalu fokus pada kembang api aku pun melihat ke arah wajahmu, wajah yang
terkena pantulan cahaya kembang api itu seakan bertambah cantik setiap
detiknya, kurasa bintang pun redup bukan untuk kembang api yang sedang
ditembakkan, melainkan karena semua cahaya bintang itu telah kamu ambil
sehingga membuat wajah cantik itu semakin terlihat sempurna. Entah aku yang
sudah gila atau kamu yang sudah berhasil membuatku tergila-gila, yang jelas;
kamu sangat cantik pada malam kita bersama.
Sebelum semua kembang api itu berhenti
memancarkan sinarnya, terucap sebuah janji yang berisi bahwa suatu saat nanti
kita akan menikmati kembang api bersama di Negeri matahari terbit yang terkenal
akan festival kembang apinya itu.
Pagi tiba, entah aku harus tersenyum
bahagia karena berhasil punya waktu bersama denganmu, atau cemberut merasakan
hati dan otak yang kembali senyap tanpa meriahnya tentangmu. Kufikir kamu akan
menetap setidaknya sampai matahari datang, tetapi begitu sopirmu dapat telepon
dari ayahmu, kamu bergegas pamit lalu kembali pulang. Ada yang aku lupakan
malam itu; berterimakasih atas bahagia yang sudah kamu bawa, yah, semoga di
lain waktu aku dapat membalas bahagiamu itu.
***
Sekarang, tepat 6 tahun kita tidak
pernah bertemu dan tepat 3 tahun kita tidak pernah lagi berkomunikasi lewat
media telepon semenjak kamu tinggal di Australia sekaligus kuliah disana. Dan
aku?! aku sudah berhasil mencapai Negeri matahari terbit yang dulu pernah kita
janjikan akan menikmati kembang api bersama disini. Entah bagaimanapun caranya
akhirnya aku berhasil sampai di Jepang karena program pertukaran mahasiswa.
Tidak jarang juga aku memasang status pada media sosial hanya agar kamu tahu
bahwa aku sudah berhasil berada di Jepang.
Malam ini, tepat tanggal 31 Desember
2019 aku sudah menyiapkan dua buah kursi dan sebuah meja di atap tempat
tinggalku di Jepang, ya walaupun sendiri setidaknya aku bisa berkhayal bahwa
ada seseorang yang duduk di kursi yang kosong itu dan menemaniku melihat
kembang api dari sini. Ini tahun pertamaku di Jepang dan aku masih belum tahu
tentang tradisi yang ada di Negara ini pada setiap pergantian tahunnya, jadi
aku hanya bisa berharap bahwa aku bisa melihat kembang api dari tempatku berada
ini, dan lagi-lagi aku memfoto tempatku berada dan memasangnya pada status
sosial media dengan harapan yang sama. Setelah menyiapkan kursi serta meja di
atap tempat tinggalku, aku berjalan ke supermarket terdekat untuk membeli
beberapa camilan dan minuman untuk kusantap sembari menunggu pergantian tahun.
Saat sedang berjalan pulang aku melihat pintu rumahku terbuka yang seharusnya
sudah kututup sebelum aku pergi tadi, ya walaupun tidak ku kunci seharusnya
pintu itu juga tidak akan terbuka walau tertiup angin sekalipun, dan saat aku
sampai di rumah aku melihat sepatu yang bukan milikku berada di rak sepatu, aku
penasaran, lalu kuperiksa semua ruangan tetapi tidak ada siapa-siapa di dalam
rumah, dan saat aku berjalan ditangga untuk mencapai atap rumahku tempat aku
menyiapkan tempat untukku menikmati indahnya kembang api itu, aku melihat
seseorang yang duduk di salah satu kursi yang sudah kusiapkan, kuhampiri orang
itu, dan ternyata kulihat wajah yang tidak asing, wajah cantik yang tak pernah
kulihat lagi selama 6 tahun ini telah menjadi semakin dewasa, tanpa
menghilangkan sedikitpun senyum imut yang dimilikinya ia pun tersenyum
kepadaku.
“Eca?!” kataku terkejut
Ya, itu Elsa Anitta Wijaya, wanita yang
semenjak 3 tahun lalu tidak pernah ada kabar. Seketika Elsa berdiri dan
memelukku dengan erat, dan matanya berkaca sedikit mengeluarkan air mata, entah
air mata rindu atau bahagia aku tidak tahu, yang jelas saat itu yang kuingin
hanyalah membalas pelukannya dengan sangat erat juga tak peduli walau kesulitan
bernafas sekalipun.
“kamu kok bisa ada di sini?” tanyaku
Kamu yang dengan sedikit kesulitan
mencoba menahan air mata itu dan perlahan melepaskan pelukan lalu kembali
duduk, sambil menggenggam tanganku kamu pun menyuruhku untuk duduk.
“iya, aku sengaja meluangkan waktu
untuk kesini, ke tempat kamu tinggal selama di Jepang; di Negara yang sudah
kita janjikan akan menikmati kembang api bersama” jawabmu sendu sambil mengelap
air mata yang menetes melewati pipi indahmu itu
“kamu tahu darimana kalo aku ada di
sini?” tanyaku bingung
“kan kamu selalu membuat status dari
foto-fotomu semenjak kamu pindah ke Negara ini” jawabmu sedikit tersenyum
“memangnya kita berteman di sosial
media?!” lanjutku semakin bingung
“tidak, aku kan tidak punya banyak
waktu luang untuk bermain sosial media seperti itu, tapi di sela kesibukanku
kuliah aku meminta salah satu asisten papa untuk selalu mengawasimu di sosial
media itu hehe, maaf ya aku tidak bilang kepadamu dulu” katamu menjelaskan
“huh, akhirnya semua status yang
kupasang membuahkan hasil” fikirku
Saat itu, lepas semua rinduku bersamaan
dengan semua kebahagiaan yang lahir di hatiku, kuceritakan semua cerita
tentangku yang sudah sangat lama ingin kuceritakan kepadamu, begitupun
sebaliknya. Kamu merencanakan sesuatu dengan mengajakku ke beberapa tempat
indah di kota tempatku tinggal yang sudah pernah kamu datangi pada saat
berlibur ke Negara ini beberapa tahun lalu, ya, kamu jauh lebih tahu banyak
tempat di Negara ini dibandingkan aku yang bisa dibilang tinggal di sini, dan
kufikir; selagi kamu ada kesempatan, kenapa tidak?! Lalu kita pun pergi ke
salah satu taman yang tidak jauh dari tempat tinggalku yang sebenarnya aku
sendiri pun tidak tahu bahwa ada taman di dekat tempat aku tinggal, kita
mencari tempat duduk disana, dan tidak lama terdengar suara lonceng yang entah
dari mana dan itu pertanda pergantian tahun, lalu banyak kembang api yang
ditembakkan ke arah langit, setelah beberapa detik melihat indahnya kembang api
itu aku kembali melihat ke arah wajahmu, wajah cantik yang bersinar dibantu
cahaya kembang api itu membuatnya semakin sempurna untuk dilihat, sedikit
dejavu memang, tetapi sepertinya kali ini aku dapat lebih berani dari aku yang
dulu, tanpa aku sadari tiba-tiba aku mencium pipi indah milikmu itu dan kamu
sedikit terkejut,
“eh hmm maaf eca maaf” kataku sedikit
takut.
Bukannya marah, kamu pun malah
tersenyum
“tidak apa kok” katamu dengan senyuman
di wajah.
Sehabis itu, kamu pun menyandarkan
kepalamu pada bahuku, entahlah ini mimpi atau bukan tapi malam itu sangat
berarti untukku, kebahagiaan yang kamu beri tidak akan pernah aku lupakan
sampai kapanpun, kuharap kita bisa seperti ini setiap kita rindu, kuharap aku
bisa selalu ada di dekatmu setiap waktu, dan kuharap kita bisa berjanji untuk
saling bahagia bersama dan mewujudkannya satu per satu.
“Aku cinta kamu Eca” kataku berbisik
tanpa disadari
“Aku jauh lebih cinta kamu” katamu
sendu
Terima kasih untuk tetap ada di
hidupku, Eca!