Kutatap mata indah itu di ruangan yang ramai
Perlahan aku masuk ke dalam dunianya
Terbang tinggi ke luar angkasa
Menatap bintang dan bulan
Tanpa awan, tanpa hujan, tanpa pesawat-pesawat yang mengganggu
Hanya Aku, Kamu, dan cinta
Kutatap mata indah itu di ruangan yang ramai
Perlahan aku masuk ke dalam dunianya
Terbang tinggi ke luar angkasa
Menatap bintang dan bulan
Tanpa awan, tanpa hujan, tanpa pesawat-pesawat yang mengganggu
Hanya Aku, Kamu, dan cinta
"Mulai bimbang ya?!" Tanyaku lirih.
"Maaf?!" Ucapnya yang kurang jelas mendengar pertanyaanku.
"Umm, enggak. Aku cuma lagi ngomong sama diriku sendiri"
Akhir-akhir ini hari yang dilalui semakin terasa lama dan berat, tidak seperti biasanya saat semua masih baik-baik saja. Kutatap matamu penuh harap, ada kekosongan di dalam sana yang pernah kuisi tetapi hilang seketika. Entah aku yang salah atau memang hubungan ini akan mencapai batasannya, namun obrolan kita tahun lalu tentang bahwa cinta bisa menjadi kedaluwarsa kan kita berdua tidak setuju dengan itu, apa itu artinya kita salah?
Pada akhirnya kita sampai pada tahap ini: genggaman tangan yang masih terasa hangat secara fisik tetapi terasa sangat dingin dalam sudut pandang yang lain; waktu yang kita habiskan bersama terasa sangat lama sehingga yang kita inginkan hanya cepat selesai; hari yang kita tentukan untuk bertemu menjadi hari yang kita hindari sebisa mungkin agar hal buruk seperti pertengkaran tidak terjadi; sibuk dengan hal pribadi jauh lebih dapat menghabiskan waktu dibanding kebersamaan kita. Bagaimana cara memperbaiki ini?!
Apakah ini hanya kebosanan yang kita terima setelah lama menjalin hubungan bersama? Ataukah memang sudah saatnya cinta ini tidak terasa seperti cinta yang dulu tercipta dengan sendirinya?
Apakah sudah saatnya perpisahan menjadi sebuah pilihan untuk menyelamatkan setiap perasaan?
Ataukah keterpaksaan atas hubungan bisa menjadi solusi agar semuanya baik-baik saja seperti sejak pertama kali?
Sepertinya sudah saatnya kita memberi waktu atas hubungan ini agar kita dapat menentukan pilihan kita sendiri tanpa ada paksaan yang terjadi.
Semoga apapun hasilnya nanti kita bisa tetap menjalani hari dengan segenap hati, walaupun sudah pasti beberapa potongan hati kita masih akan terbawa oleh satu sama lain.
Tak ada lagi yang perlu ditangisi kala kepergiannya, setiap cinta akan retak atau hancur dengan sendirinya, hanya perihal waktu. Tak ada lagi yang perlu dipertahankan jika akhirnya sudah tidak ada senyuman atau harapan. Jika memang berniat untuk mati-matian untuk mempertahankan, sebaiknya bercermin dulu dan berjanji pada wajah yang terpampang pada cermin itu bahwa kamu tidak akan lagi memberinya kisah cinta tragis yang hanya akan membuatnya menangis.
Kamu harus menghargai perasaanmu lebih dari siapapun. Jangan pernah kamu khianati perasaanmu sendiri karena konsekuensi yang kamu hadapi akan jauh lebih berat dari apapun yang pernah kamu hadapi selama ini. Jika selama ini kamu jaga dadamu agar tak ada yang berani merobek itu, maka jangan kamu robek dengan sendirinya hanya untuk membuang setiap perasaan yang ada. Orang yang tak pernah bisa serius dalam menjalani hubungannya denganmu itu tak pantas kamu berikan segalanya. Turunkan egomu sedikit untuk kebahagiaan yang akan kamu terima di kemudian hari.
Sudah hentikan perang yang kamu buat dengan dirimu sendiri, semuanya butuh istirahat. Semuanya sudah lelah, bahkan bayanganmu yang selama ini bersamamu sudah tidak tahan melihatmu terus-terusan dibuat seperti ini. Namun, tidak ada yang bisa membantu dirimu kecuali dirimu sendiri. Kali ini bahkan hatimu sudah sangat lelah untuk menciptakan pilihan "mempertahankan" karena yang seharusnya kamu lakukan saat ini hanya merelakan.
Entah jelas atau tidak, aku sudah menjatuhkan rasaku padamu
Aku tahu kamu tidak bisa membalasnya
Atau mungkin tidak ingin.
Tolong izinkan aku menyukaimu
Aku tidak memaksa kamu untuk memberi rasa yang sama kepadaku
Hanya saja, jangan larang aku untuk melakukan ini.
Namun, akhir-akhir ini berat rasanya
Aku sudah jatuh terlalu dalam
Bahkan uluran tangan tak dapat kugapai.
Banyak hal kecil yang dapat menggangguku
Dan sayangnya aku tidak berhak untuk berbicara tentang hal itu
Satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah menerima semua ini
Dari awal memang ini resiko yang harus aku terima
Dan hal utama yang sangat sulit dari melakukan ini hanya satu:
Tidak boleh berharap apapun.
Matahari sudah,
Bulan sudah,
Rintik Hujan sudah,
Ombak sudah,
Hampir semua sudah mendengarkan keluh kesahku
Hanya kamu yang belum.
Jadi, kapan kamu ada waktu?
Tak apa mengeluh, itu hal manusiawi.
Kamu butuh pelampiasan agar tidak lagi menjadikannya beban di dalam diri sendiri.
Jika ingin menangis, menangislah!
Jika ingin berteriak, teriaklah!
Tak ada yang melarang itu.
Atau kamu butuh seseorang untuk menjadi pendengar setiap keluhanmu?!
Aku bisa, pilih aku untuk jadi pendengarmu.
Jika yang kamu inginkan orang lain juga tak apa,
setidaknya kamu menemukan orang yang ingin mendengarkan keluh kesahmu.
Mengeluh itu tidak salah,
memendam juga tidak salah,
Namun kamu harus peduli pada batasan dirimu sendiri.
Jika kamu abaikan dirimu sendiri, akan sangat tidak adil jika kamu berharap orang lain peduli pada apapun yang ada di dalam dirimu.
Keseharian ini memang berat,
Tetapi nanti juga akan berakhir
dan kebahagiaan akan berpihak padamu suatu saat nanti.
Silakan mengeluh! Silakan menangis! Silakan berteriak! Silakan berhenti sejenak! Apapun asal jangan menyerah.
Berjalan ke sana kemari
Arahnya tak pernah pasti
Entah apa yang dicari
Nyata atau tidaknya juga belum diketahui
Mungkin akan disadarkan suatu hari nanti
Bahwa seharusnya tidak harus lagi mencari
Kelak mungkin hanya tinggal diam menanti
Menunggu datangnya hal yang selama ini tak pernah didapati