Cemburu


 Bacalah aku, jangan hanya buku kesukaanmu, aku cemburu pada itu. 

Aku tak bisa melarangmu melakukan sesuatu, itu hakmu. Tapi, aku juga milikmu, lakukan sesuatu juga bersamaku, aku ingin diperlakukan adil dengan yang lain. Kamu ingin berlibur?! Aku bisa mengantar sekaligus bersenang-senang denganmu. Kamu ingin menonton drama kesukaanmu selama seharian?! Aku bisa menemanimu, memberi sandaran untukmu ketika kamu sudah merasa sedikit bosan. Kamu ingin membahas tentang buku yang baru saja kamu baca?! Aku bisa jadi teman untukmu membahas tentang itu. 

Terkadang aku cemburu pada temanmu yang bisa kamu andalkan kapan saja kamu butuh, aku cemburu pada orangtuamu yang kamu lihat sebelum pergi dan kamu peluk sesampainya di rumah, aku cemburu pada novel kesukaanmu yang kamu bawa kemanapun kamu pergi, bahkan jika tidak berlebihan, aku cemburu pada boneka kesayanganmu yang ada di atas tempat tidurmu, menemanimu setiap malam, bisa memberi kehangatan saat tidurmu terganggu karena udara dingin yang mendatangimu, sebenarnya yang membuatku lebih cemburu adalah seseorang yang memberikan boneka itu, entahlah, mungkin kamu memikirkannya setiap malam, setiap melihat boneka pemberiannya itu.

Tentangmu, aku takut pada banyak hal. Aku takut kehilanganmu dan itu sudah menjadi ketakutan yang tak akan pernah bisa kulawan. Aku takut seseorang mengambilmu dariku. Aku takut aku sudah tidak bisa lagi membuatmu bahagia bersamaku sehingga kamu mencari kebahagiaan dari yang lain. Aku takut kamu bosan. Aku takut selama ini kamu tidak merasa bahwa kita saling memiliki, tidak seperti yang kamu ucapkan, dan tidak seperti yang aku harapkan.

Aku mohon, jangan pernah menjadi seperti bintang, karena bintang selalu memberikan keindahannya untuk semua orang, bukan hanya untukku.

Tidak Lagi



"Kuharap dunia tak lagi jahat padamu, kuharap kamu bisa mencari penggantiku, kuharap kamu bisa melupakanku, kuharap semua akan baik-baik saja tanpaku, kuharap kamu setuju dengan harapan-harapanku." katamu kala itu. Kau fikir menjalani hari-hari tanpamu itu mudah?! Aku harus adaptasi lagi. Melupakanmu itu sesuatu yang tidak pernah ingin kubayangkan, tetapi sekarang kamu memintaku untuk langsung melakukannya. 

Akan sangat menyebalkan jika suatu hari nanti saat aku sudah berhasil membuang dirimu jauh-jauh dari hati dan juga pikiranku kamu kembali dengan senyuman manis yang tak pernah gagal membuatku luluh itu. Entah sudah yang keberapa kalinya aku menangisimu di bulan ini, awalnya kamu berjanji untuk membuatku menangis hanya jika karena bahagia tetapi kamu mengingkari itu. 

Tangis yang jatuh karenamu ini bukan karena kata-katamu sebelum berpisah, tetapi karena kenangan yang tiba-tiba muncul memenuhi kepala, sangat jelas seperti sebuah kilas balik pada sebuah film. Setiap hari aku harus menjalani sebuah kegiatan menggunakan berbagai macam topeng. Tersenyum? Tertawa? Bahkan aku sudah melupakan apa rasanya bahagia. Apa rasanya bahagia?! Selama ini definisi bahagiaku hanya satu kata 'kamu' dan setelah kamu pergi dari hidupku, menyatakan perpisahan yang tidak pernah mampu kusetujui, bahagiaku sudah kamu bawa pergi entah kemana, mungkin kamu beri ke orang selanjutnya yang lebih pantas untukmu. 

Seharusnya aku bilang terima kasih atas waktu yang sudah kita jalani beberapa tahun belakangan ini, tetapi aku tetap tak mau mengucap itu, untuk apa juga mengucapkan ucapan terima kasih untuk orang yang sudah menjatuhkan kata kasih itu sendiri.

Sejujurnya, saat kamu mengucapkan kalimat perpisahanmu saat itu tiba-tiba saja sebuah pertanyaan muncul di kepalaku, namun aku tak bisa langsung menanyakan itu padamu. "Apa kamu percaya kalau di dunia ini ada sebuah perpisahan yang bersifat sementara?!" 

Perdebatan Tentang Masa Lalu



 "Masa lalu-ku ya punyaku, masa lalu-mu ya punya kamu, yang jadi milik kita saat ini tuh cuma masa depan kita, bukan yang lain."

"Tapi, bagaimana kita bisa jadi kita kalau masa lalu saja kamu simpan sendiri?? bagaimana aku bisa jadi masa depanmu jika masa lalu saja kamu tak mau berbagi?!?!"

"Aku bukannya nggak mau berbagi, aku hanya nggak mau kamu simpan hal yang mau kuhancurkan demi kebaikan kita, kamu harus ngerti itu"

"Kamu bisa minta tolong aku untuk hancurin itu, karena kalau cuma kamu sendiri yang coba untuk hancurin itu, masa lalu milikmu itu bisa melawan dan kamu bisa hancur karenanya, aku nggak mau kamu yang hancur, aku nggak mau kita hancur"

"Kenapa kamu berfikir begitu?! Kamu fikir aku akan kalah sama masa lalu?! Kamu fikir aku lemah, begitu?!!"

"Aku nggak berfikir kaya gitu, aku tahu kamu kuat, kamu wanita terkuat yang pernah kuketahui setelah ibuku, tapi semua masa lalu itu punya sifat menghancurkan, sekuat apapun yang memilikinya"

"Tapi aku punya caraku sendiri untuk ini"

"kalau begitu jelaskan padaku apa rencananya."

Sepertinya aku sudah tak punya pilihan lain, selalu saja dia yang menang jika sedang dalam percakapan seperti ini. "Sebelum itu, boleh aku peluk kamu dulu?!"

"Silakan saja, lakukan sesuka kamu"

"Maafin aku ya"

"Iya, aku juga minta maaf ya"

"Aku tenang ada di sisimu, Di"

"Aku juga, aku nggak mau kehilangan kamu, Ren"

Bercerita Tentang Bahagia