Pada akhirnya; Terakhir di 2023

"The more You love, the more You suffer, but if suffering means loving You. I don't mind to walk through it." - Vincent Van Gogh

Aku suka dengan pandangan pelukis pasca-impresionisme terbaik itu tentang mencintai seseorang, apa yang ia bilang itu telah kupercayai dan akan tetap kupercayai entah sampai kapan aku akan goyah. Namun, kulupakan satu hal tentang pandangan Van Gogh tentang kesedihan; the sadness will last forever.

Pada akhirnya jatuh cinta tidak semudah sebelumnya; banyak yang ditakutkan, banyak yang dikorbankan, banyak yang harus dipersiapkan.

"Melawan dunia sepertinya tidak masalah, pada akhirnya aku akan bahagia, kan?!" pikirku,

Dalam waktu yang singkat yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh siapapun, semua perasaan yang kujaga, yang kupikir sudah mati untuk orang sebelumnya, ternyata mampu kuberikan pada seseorang yang sudah lama kutemui namun baru berani untuk memulai interaksi. Dalam waktu yang singkat, semua kebahagiaan yang sudah sangat lama tak kurasakan kembali terasa jika bersama dengannya. Dalam waktu singkat, aku percaya bahwa mencintai orang dengan kepribadian yang berkebalikan denganku ternyata tidak masalah juga. Dan, dalam waktu yang singkat, remuk yang datang secara tiba-tiba terasa begitu sangat hebat.

Apa yang kubahagiakan, apa yang kubanggakan, apa yang kupercayai, hilang seketika begitu saja. Fenomena mencintai besar-besaran dan lenyap seketika memang nyata adanya. Persiapannya tidak dihargai, pengorbanannya tidak sebanding lagi. Semua lenyap diinjak-injak sampai menyatu dengan bumi.

Namun, pada akhirnya aku hanya harus belajar mencintai diri sendiri sebelum jatuh cinta pada orang lain. Pada akhirnya aku hanya harus belajar mengendalikan perasaanku sendiri. Pada akhirnya, hal terpenting dan utama dalam hal jatuh cinta dan patah hati adalah mampu beradaptasi dan membiasakan hati.

maaf

maaf jika aku terlalu gegabah

maaf jika aku ingin memulainya terlalu cepat

maaf jika aku tidak sebaik pria sebelumku

maaf jika aku tidak bisa mengikuti semua keinginanmu

dan, maaf jika aku sendiri yang membuat rasa cintamu padaku berkurang seperti itu.


mungkin caraku salah dalam menunjukkan keseriusanku

mungkin caraku salah dalam memanjakanmu

mungkin caraku salah dalam membuatmu nyaman bersamaku

dan, mungkin aku memang masih harus belajar banyak untuk bisa membahagiakanmu selalu.

rindu

tak perduli rupa wajah sayu

masih senyummu yang selalu merayu

bulan sabit yang ada pada wajah itu

biarlah tetap abadi pada orang kesukaanku


tak perduli suara yang lesu

tawa sendumu masih seperti lagu

tak kuat jika tak mendengar indah nada itu

meskipun hanya seminggu


tak perduli pada langkah yang terburu-buru

berjalan, berpegangan tangan masih terasa seru

abaikan setiap waktu yang berlalu

asalkan aku tetap bersamamu selalu

kesepian

biarkan, kuingin menyendiri di sudut jalan ini

tak perlu dikasihani

aku juga menikmati langkah setiap orang yang melewati daerah ini

orang yang entah akan pulang atau baru ingin pergi

yang semoga masih banyak yang menyimpannya di dasar hati

agar tak pernah terpikirkan untuk menyendiri

seperti orang kesepian yang satu ini.





kesepian itu sebenarnya apa?!

sebutan untuk orang yang terasa sangat hampa

atau hanya sekedar orang yang tak ingin bersama siapa-siapa?!

bagaimana jika menyendiri adalah hal kesukaannya

apa itu masih bisa disebut sebagai kesepian juga?!

Romantis

Dua kursi dan satu meja bundar kecil dengan bunga yang menjadi hiasan yang diletakan di pelataran rumahnya memiliki tulisan reserved yang disandarkan dengan bunga indah itu. Maksudku, bukankah ini rumah pribadi?! mengapa memiliki meja bertuliskan seperti itu?! siapa yang memesannya?! 

"Ayah memang begitu, dia suka melakukan hal yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain hanya untuk menghabiskan waktu bersama bunda. dia akan sangat marah jika ada orang lain yang duduk di sana." jawabnya.

Sungguh pria yang unik, ia bahkan mampu memesan ruangan tertutup di sebuah restoran jika ingin menghabiskan waktu bersama pasangannya, namun ia memilih untuk menyiapkan tempat sendiri di pelataran rumahnya hanya agar dapat menghabiskan waktu dengan wanita yang ia nikahi itu. 

"Lalu, kamu sendiri tidak diizinkan duduk di sana?" tanyaku.

"Tidak, bahkan anak pertamanya ini tidak pernah diperbolehkan duduk di sana. Ayah buat itu khusus untuk ia dan bunda." ucapnya.

Seperti halnya Romeo yang nekat meminum racun hanya karena mengira Juliet sudah meninggal, sepertinya setiap pria memiliki caranya sendiri untuk mendeskripsikan sikap romantisnya. Bagaimana denganku?! apa aku memiliki setidaknya sedikit sikap romantis yang sudah seharusnya aku berikan pada wanita manis yang sedang berjalan bersamaku?!

"Ayah romantis ya orangnya?!" kalimat yang secara tak sengaja keluar dari mulutku.

"Romantis itu sifatnya masih terlalu umum, tergantung bagaimana orang mengartikannya saja. Menurutku, kamu juga romantis. Mengenalkanku dengan keluargamu, mengajakku berlibur ke luar kota dengan tempat-tempat kesukaanku yang kamu jadikan daftar perjalanan kita, memaksakan diri memakan makanan pedas di depanku walaupun aku tahu yang kamu suka hanya makanan manis saja, dan yang terpenting, pagi ini kamu menjemput dan mengantarku ke kampus dengan mata yang terlihat lelah dan kurang tidur karena mengerjakan tugas dari dosen galakmu itu." ucapnya yang seolah ia berharap itu akan menyadarkanku.

"Tapi, itu bukan romantis. Itu hanya hal yang sudah seharusnya aku lakukan untukmu, kan?!" jawabku mengelak ucapannya.

"See?! Tergantung bagaimana orang mengartikannya, kan?! Kelasmu mulai siang nanti, kan?! Kamu memilih untuk mengantarku ke kampus di saat kamu bisa memilih untuk tidur saja sudah bisa dibilang romantis untukku, aku beruntung diperlakukan seperti ini. Kamu nggak perlu berpikir berlebihan lagi, ya!" katanya, dan apa yang ia ucapkan kali ini menyadarkanku. bukan menyadarkanku bahwa aku juga romantis, tetapi menyadarkanku bahwa tak ada lagi yang lebih sempurna darinya. Sudah kuduga bahwa aku tidak salah menjadikannya pemberhentian terakhirku perihal cinta. 

sejenak seperti litani

jadilah bagian dari hariku.

bukan hanya dari pagi sampai malam,

bukan juga dari sekarang sampai nanti.

tapi dari awal mata kita bertemu,

sampai mereka kembali bertemu pada dunia yang berbeda.


jadilah bagian dari afeksiku.

kasih sayang yang hanya ditujukan untukmu,

cinta dan kasih yang hanya layak diterima olehmu.

bukan hanya permainan cinta anak muda pada zamannya,

setidaknya sampai selamanya, 

sampai dunia kita hancur tanpa sisa,

dan dipindahkan ke dunia yang baka.

Egois

Sesulit itu kah memahami semua ini?

Ingin lebih banyak didengar

Ingin lebih sering dimengerti

Namun yang terjadi kau malah pergi.

Jungkat-jungkitnya tidak pernah berubah situasi

Hanya selalu turun pada sisi tempatku berdiri.

Selalu mengeluh bahwa semesta tidak pernah adil

Nyatanya kamu sendiri yang enggan merasakan adilnya semesta ini.

Selalu merasa ada di atas semuanya

Selalu merasa paling bisa dimaklumi setiap kesalahannya

Meski pada kenyataannya kamu bukan sudah bukan siapa-siapa.

Dingin, ya?!

Sudutnya terasa sangat hampa

Sepinya datang lagi meninggalkan lupa

Lukanya tidak tersentuh apapun namun kembali terbuka

Mereka tuh kalau datang kenapa selalu bersama, ya?!

Aku yang tadinya sedang baik-baik saja

Lagi-lagi disuruh mengingat kilas balik yang berusaha kulupa sejak lama

Wahai semesta, maumu tuh apa?!

Inginku hancur karena mengingat hal yang sudah kulupa?

Atau ingin aku kembali memperjuangkan hal yang sudah kubuang sejak lama?

Ego

Benarkah semua ini akan membuahkan hasil yang baik?!
Benarkah apa yang kita perjuangkan kelak dapat dibanggakan?!

Pertanyaan-pertanyaan yang datang dari berbagai macam keraguan membuat renggang pada setiap kerekatan dalam hubungan. "Aku lelah, aku nggak tahu bisa sampai kapan bertahan lagi." kalimat yang datang bersamaan dengan suara dan gerakan bibirmu itu tak pernah ingin disanggah sepertinya. Bukankah jika kita menjalani semua ini dengan keikhlasan tanpa paksaan kalimat tersebut tidak akan pernah terpikirkan oleh kita semua, kan?!

Keadaan seperti ini yang tak pernah bisa kuperkirakan. Kamu berubah semaumu dan aku harus menuruti apa yang kamu mau, meskipun begitu tak pernah ada kepuasan dalam diri ini untuk tetap menurutimu. Membohongi diri sendiri tak pernah memiliki hasil yang membanggakan. Hubungan ini dijalani oleh dua orang; aku dan kamu, tapi jika sudah begini, jika egomu yang harus kita ikuti, apa aku masih ada di dalam bagian dari hubungan kita ini?!

Dari awal kita tahu bahwa menjalani hubungan semacam ini memiliki titik salah yang sangat banyak; sedikit komunikasi, terlalu banyak komunikasi, jarang bertemu, terlalu sering bertemu. Semuanya bisa menjadi kesalahan jika sudah menyangkut hubungan semacam ini dan kita sadar akan hal itu. Namun, seiring berjalannya waktu apa yang kita anggap sebagai titik salah tersebut kita abaikan dan menjadi masalah yang sangat besar seperti sekarang ini.

Aku tidak tahu dan bingung harus bersikap seperti apa. Inginku menyerah pada keinginanku mempertahankan hubungan ini jika kamu sendiri belum berani untuk menurunkan ego yang kamu miliki.

Lambat laun perpisahan akan terjadi
atau bahkan hal tak terduga lainnya yang akan datang.
Lambat laun semuanya akan dapat diperbaiki
entah dengan caraku atau caramu
Lambat laun kita juga akan terbiasa dengan hal semacam ini
hanya perlu perbaiki lagi setelah semua ini sudah benar-benar terlihat akhirnya.

Lambat laun kita akan bahagia dan menikmati hasil dari apa yang kita alam sekarang ini, entah bersama atau tidak lagi mengenal satu sama lain.

Retaknya Mulai Kelihatan

Pelan-pelan kita rasakan semuanya. Masalah yang menjadi bumbu kedekatan sudah mulai terasa hambar. Rasa yang dulu kita anggap paling sempurna perlahan memudar. Kenyataan perlahan datang mengalahkan dan membuat ekspektasinya tertampar. 

Kupikir aku masih mampu untuk memaksakan diri, namun katamu "Memaksakan diri bukan hal yang baik dalam sebuah hubungan." lalu mengapa tidak ada yang membantu saat aku ingin melakukan ini dengan sepenuh hati agar perasaan ini tidak hilang?!?!

Kukira kita berdua sudah berusaha membagi kehidupan yang kita jalani ini secara bersama. Tapi kamu masih fokus pada "jika aku bisa melakukan ini sendiri akan kulakukan sendiri". Rasa tidak peduli yang kamu tujukan sangat terasa sampai aku bingung harus bersikap seperti apa, bagian terburuknya aku sampai melakukan hal yang sama kepadamu. Lantas, apa menjadi acuh seperti ini termasuk bagian dari sebuah hubungan yang sedang kita jalani?!

Sebelum ini sudah banyak yang kita lalui. Penyelesaian masalahnya pun selalu dapat membuat kita semakin erat. Perlahan kupikir kita akan mulai terikat sehingga tidak mudah hal-hal lain akan membuat kita pecah. Namun, semuanya tidak lagi terlihat mudah seperti yang sudah-sudah. Seperti ketakutan setiap orang, akupun takut jika akhirnya akan usai dengan cara terburuk yang tak pernah kita bayangkan. Akhir yang buruk yang bahkan tak pernah sekalipun terjadi pada kita sebelum-sebelumnya. Mungkin jika sudah benar terjadi maka akan terasa bagaimana penyesalan itu datang dan menghantui kita setiap malam.

Jika hubungan kita hanya akan menjadi sementara, silakan saja! Jika yang kamu mau hanya berusaha untuk mengakhirinya, utarakan saja! Akan kuberanikan diri untuk menjalani hari-hari tanpa kehadiranmu lagi. Mungkin rasa ikhlasnya akan lama datangnya, namun jika itu yang kamu mau, aku bisa apa?! Yang penting lebih baik untuk saat ini kita jalani saja seperti biasa, jangan menghindar tiba-tiba dan jangan mengelak jika aku sudah tahu kebenarannya. Kalau hubungan ini memang sudah tidak bisa diperjuangkan biarkan aku yang berusaha dengan caraku sendiri untuk melupakan. Terimakasih atas segala kenangan yang sudah diberikan meski kelak akan berusaha untuk kulupakan.

Asal saja malam ini

Kapan-kapan aku ingin dirindukan selayaknya manusia lainnya.

Ini menyakitkan saat satu-satunya nama panggilan yang kusuka hilang ke luar angkasa bersama dengan kenangannya. 

Aku mungkin hanya lukisan abstrak yang bahkan orang tak mampu pahami dengan jelas. Namun, orang bebas berpendapat tentangku, orang bebas memiliki nilainya sendiri terhadapku dan bebas melihatku dari sudut pandang manapun, dan kesukaanku adalah nilai dan makna yang dicantumkan orang itu terhadapku. 

Kamu tahu, lukisan abstrak yang mampu bertahan pada dinding galeri dan paling lama dipandang oleh penikmat seni adalah lukisan yang memiliki nilai yang tinggi. Namun, bukan berarti lukisan yang ada di dinding ruangan pribadi seseorang memiliki nilai yang rendah, bukan?! Lukisan tersebut hanya tidak ingin dinikmati oleh banyak orang, ia hanya senang menjadi penghias ruangan sang pengagumnya.

Seni yang hebat mampu membuat seniman tetap terkenal walaupun sudah mati sekalipun, itu sisi baiknya. Namun sisi buruknya adalah, seniman dengan karya yang buruk tidak akan dihakimi dan akan dimaafkan begitu saja. Bukankah dua sisi tersebut penuh dengan kejanggalan?!


Semua yang pernah terjadi

Mari kita lakukan lagi, lomba menatap dengan aku yang selalu menjadi pemenangnya. Tak akan kubuang waktuku untuk berkedip jika bisa kupakai untuk menatap wanita tercantik di dunia. Banyak wanita yang mengejar gelar menjadi wanita tercantik hingga rela melakukan apa saja agar orang lain mengakuinya, namun untukmu, lakukan saja sesukamu, akan tetap kuberikan gelar wanita tercantik di dunia ini hanya untukmu.

Mari kita ingat lagi, tarian yang hanya kita berdua yang tahu dengan musik kesukaan kita, musik yang tak pernah ada di kelab manapun. Tarian yang acak namun menyenangkan, sentuhan yang nyaman dan menghangatkan, kala itu di balkon vila tempat kita menginap dan angin malam menjadi saksinya, kita berdua mencipta kenangan indah yang sampai sekarang masih bersemayam dalam kepala.

Mari kita pikirkan lagi, impian-impian yang pernah kita ciptakan saat kita sedang berbaring di atas bukit sambil menatap langit yang cerah dengan awan yang perlahan bergerak terbawa angin, impian-impian yang tak pernah hilang, tak pernah terlupakan, dan semoga tak akan pernah mati.

Wanodya Amerta Adiwarna .....

Terang cahaya adiwarna

Diri renjana hadirkan sukacita

Putri anggun dalam cerita cemburu dibuatnya

Keindahan wanodya yang namanya kusebutkan dalam do'a

Gemintang tergambar jelas pada matanya

Dimanapun berada, nirwana selalu terasa

Entah hilang atau binasa

Atmanya amerta

 

Entahlah

Sedang kucoba mengakhiri semuanya, namun sejujurnya kuharap aku gagal melakukannya. Setiap kejadian yang ingin kuceritakan, setiap barang yang kubeli, setiap makanan yang kuhabiskan sendiri, semua menjadi pemicu rindu yang biasanya kuberikan padamu. 

Teruslah membohongi diri, jangan biarkan pertahanan ini runtuh lagi, rasa nekat ini jangan dibiarkan sia-sia. kisah yang sebelumnya diisi gelak tawa menjadi diam tak berguna, senyum yang ditampilkan tak lagi mampu menyimpan semuanya. Semuanya tak bisa lagi seperti dulu, tak bisa seperti yang kamu atau aku mau.

Semua tertawa kita, kegiatan bersama, tak lagi ada. Entah hilang ke mana, entah tertelan apa, entah sirna karena apa. 

Salah

Indahnya pergi, entah ke mana

Rindunya tak memiliki tujuan

Mencari-cari namun hanya lelah yang didapat

Lebih baik mati atau hidup tapi tak berarti?!?!?!

Sekumpulan kata yang disusun menjadi kalimat mampu mengakhiri semuanya. Seketika hancur tanpa sisa, potongan-potongannya berlari menjauh tak ingin disatukan kembali; takut akan kembali hancur, katanya. Banyak suara yang dipendam namun tak bisa dikeluarkan, banyak pertimbangan yang pada akhirnya hanya menumpuk di kepala tanpa tahu harus apa, banyak kata yang jika dikeluarkan hanya akan memperburuk suasana, banyak rindu yang tak tahu harus diapakan karena tujuannya sudah tidak lagi bisa menerima. 

Ini menyedihkan, setidaknya aku ingin mati rasa dalam waktu yang lama, karena jika rasa ini membara kelak hanya bisa mematahkan banyak asmara. Aku takut kelak hanya akan menjadi seorang pria tua yang menyesali masa lalunya; masa lalu kelam yang dibuat oleh kebodohannya sendiri.

Mati hanya akan membuat susah semuanya, namun hidup juga tak tahu harus apa. Mereka bilang manusia memang tidak luput dari kesalahan, namun jika kesalahannya melibatkan banyak hati dan perasaan, aku harus apa?!

Rasa kecewa terbesar adalah kecewa dengan diri sendiri itu nyata adanya, siapapun pasti pernah mengalaminya, namun tak semua orang mampu mengatasinya.

Berat sekali rasanya merasakan perubahan yang sama sekali tak pernah diharapakan seperti ini. Berat sekali rasanya mempunyai banyak cerita namun tak tahu harus diceritakan ke siapa.  Berat sekali rasanya menyadarkan diri sendiri bahwa semua yang diterima saat ini adalah atas dasar kesalahan diri sendiri.

Selamat tinggal, Nawasena.

Tak kutinggalkan arunika, hanya berlari menuju sinar mentari kota, bukan pantulan pada kaca jendela, namun tak kudapatkan rasa damainya. 

Berperang dengan jiwa yang murka. Di bawah serangan senja yang menggila kuperhatikan kilas baliknya; Sepasang anak muda tenggelam ke dalam ombak asmara. Mungkin baiknya gagal berlayar karena kapal yang belum sepenuhnya dipersiapkan, namun keinginan memaksakan segalanya sehingga tenggelam pada rayuan dunia.

Kisah tragis yang mencelakai banyak manusia. Bukan salah asmara, hanya ketidak-siapan yang menjalaninya saja. Yang sangat disayangkan adalah kejadian setelahnya, entah akan seperti apa, namun menghilang bukan pilihan yang terbaik untuk membalas rasa bersalahnya. 

Maafkanlah hamba atas segala kecerobohannya. Mulai saat ini lebih baik duduk manis saja mendengar cerita dari orang-orang yang bahagia.

Nayanika

Bintang gelita

cahaya sirna

malam buta

dunia nestapa.

Tenang saja

akan kuperbaiki semuanya

senyum indahnya

pendar matanya

melodi tawanya

serta cerita yang membuatku selalu terjaga

akan kucuri semuanya

Windu Asmara

Senyummu amerta 

jauh di sana

Janjiku derana

'kan kukembalikan pada tempatnya

tawa sukacita

senandung ria

semua cinta

'kan kukembalikan seperti semula.....

.... tunggu saja.

Kuharap Nyata

Pantai yang selalu kita dambakan tak pernah menjadi saksi tentang betapa romantisnya cinta kita, dan pada akhirnya aku ke sana dengan orang lain yang tak pernah tulus kuberikan semuanya. Wajah, suara, penampilan, caranya berjalan, caranya tertawa, semuanya berbeda namun hanya kamu yang ada di kepala. Cahaya yang terpantul dari air laut memaksaku tertawa saat bayangmu tergambar jelas semuanya di kepala; "Kira-kira apa yang akan kita lakukan ya kalau kamu yang ada di sini dan bukan dia?!"

Semua yang kulakukan di sini, bersamanya, aku ingin lakukan lagi denganmu. Aku ingin menaiki perahu denganmu, bercanda denganmu, berfoto dengan pemandangan matahari terbenam yang menjadi latarnya, merebah di atas pasir dengan pandangan ke atas menikmati bintang dan bulan dengan earphone yang terpasang di telinga dan lagu dari band kesukaan kita yang menjadi penghias malam. Harapanku saat ini sama dengan lirik yang terdengar jelas pada lagu Senandung Maaf dari band kesukaan kita yaitu White Shoes & The Couples Company; "Gelombang Nestapa kuharap sirna"

Ini menyebalkan saat salah satu keinginanku terwujud namun bukan denganmu aku mewujudkannya, hanya bisa memikirkan dan membayangkanmu saat hubungan baruku sudah terjalin dengan orang lain adalah sisi jahat dari diriku yang sudah kuberikan pada orang yang sedang mencintaiku. Namun, setelah dipikir lagi penjahatnya di sini adalah kamu, kan?! Kamu yang sudah pergi dengan hatiku yang terbawa bersamamu membuatku menjadi seperti ini, ini semua ulahmu. Kuharap kamu selalu bawa hatiku itu bersamamu agar tak perlu kucari sendiri hati itu di tempat-tempat yang sudah pernah kita singgahi.

Kuharap bukan aku saja yang masih senang merindukanmu seperti ini, kuharap kamu juga sebaliknya. Kuharap aku masih bisa membaca setiap puisi yang kamu berikan setiap malam sebelum tidur. Kuharap aku masih bisa mendengar tawa indahmu saat sedang menertawakan lelucon yang kamu buatkan untukku. Kuharap semua ini bisa terjadi lagi seperti dulu.

Biarkan Lega Jangan Biarkan Remuknya Bertahan Lama

Tertawanya membohongi diri sendiri
bersembunyi dibalik banyaknya ekspresi
menghindari kenyataan dari remuknya sebuah hati

Ramainya tak pernah sampai ke kepala
hanya berlarian di pandangan mata
tak bisa membantunya bahagia

Sudah, tidak perlu berpura-pura
ceritakan saja semuanya
biarkan lega hingga senang dapat kembali datang

Hati yang remuk itu ingin kau apakan?!
Mengapa kesedihannya ditahan sampai berbulan-bulan?!
Apa sudah tak ada yang kau percaya untuk mendengarkan?!

Sebenarnya banyak yang peduli
kau saja yang menolak untuk berdamai dengan diri sendiri
jangan berpikiran seperti itu lagi
ceritakan! aku selalu ada di sini

Seandainya

Sedang kucoba untuk menerima kesendirian yang tiap malam menghantui ini. Aku tahu ini sudah berjalan hampir satu tahun dan aku belum juga berhasil menerima ini, maafkan aku yang masih tidak bisa merelakanmu bersamanya.

Pertanyaan darimu yang tak pernah bisa kubayangkan jawabannya akhirnya memaksaku untuk langsung mengalaminya secara realita, dan egoku tetap meminta untuk jangan pedulikan semuanya. 

Sebenarnya yang ingin kulakukan hanyalah mengagumimu selalu, tak ingin kubuat semua rencana melupakanmu menjadi berhasil seperti yang kamu inginkan, tak apa ini menyiksaku mengingat kamu sudah bahagia bersama oranglain. Setidaknya jangan larang aku untuk menyimpan kenangan ini.

Maaf jika aku menulis hal yang tidak jelas di sini, aku hanya sedang merindukanmu dan rindu ini membawaku ke ruang hampa dengan menampilkan kilas balik kegiatan-kegiatan yang pernah kita lalui dan sangat menyenangkan bagiku; Saat kita berdua berkendara menuju sebuah desa dengan tradisinya yang masih sangat kental dan sifat kebersamaannya yang sangat terasa; saat kita berdiri dan menikmati suara arus deras dari sebuah sungai pembatas antara satu desa dengan desa lainnya; saat kamu antusias menceritakan keseharianmu berada di desa itu karena keperluan kuliah yang memaksamu untuk tinggal di sana dalam beberapa waktu. 

Kuingin kita mengulangnya, bukan kegiatannya namun kesenangannya; rasa senang saat aku melihat senyum di wajah cantikmu; rasa senang saat kita berhasil menghabiskan waktu bersama; rasa senang yang tak pernah kurasakan saat bersama orang lain.

Seandainya waktu bisa terulang kembali hanya untuk mencegah perpisahan ini terjadi.

Denganmu?!

Hening terjadi di antara kita berdua; seorang yang selalu menghabiskan kesehariannya di dalam rumah sepertiku dengan orang pemberani yang selalu bepergian jauh sendiri sepertimu. Duduk kita di tempat duduk yang ada di stasiun kereta, memperhatikan orang-orang dengan tas besar berisikan barang-barang pribadi mereka. Orang sebanyak ini dengan kota tujuan yang sedikit, dapat dipastikan bahwa banyak dari mereka akan pergi ke tujuan yang sama. Kita tidak ingin pergi ke luar kota, hanya saja ini tempat yang menarik untuk didatangi karena kita bisa melihat serta mengira-ngira orang-orang ini akan pergi dengan membawa perasaan seperti apa; kebahagiaan atau kesedihan.

Tujuan kita selanjutnya adalah museum. Tempat ini menyenangkan, dengan keheningan yang membuatku nyaman serta berjalan denganmu yang membuat situasi ini semakin menyenangkan. Tiba aku di hadapan sebuah lukisan berjudul Endless Pain karya pelukis lokal bernama Agung Kurniawan. Seperti yang dikatakan oleh seseorang bernama Hamada Bahaswara "Menikmati karya Agung adalah perihal kita membaca narasi. Ada kalanya narasi disajikan utuh. Ada pula ketika ia menyajikan fragmen yang kemudian memaksa kita menelaah apakah itu konstruksi atau sudah taken for granted. Namun tidak semua narasi dapat diselesaikan dalam satu medium."

Hari kita usai setelah aku mengembalikanmu ke rumah yang merindukanmu itu. Di perjalanan pulang aku memasangkan earphone ke telingaku dan lagu Coldiac muncul secara acak saat aku masih dalam perjalanan. Aku menikmati lirik-lirik yang dinyanyikan pada lagu berjudul Sampaikan.

"Jika hari ini kau sadari
Diam takkan pernah bisa akhiri
Coba 'tuk
Ungkapkan semua dan akui."

"Sampaikan, keruhnya menyimpan rasa sejak lama
Baiknya kau kira, tak juga
Sampaikan, derasnya rasa yang sebelumnya hanya
Kau putuskan untuk disimpan dunia."

Sesampainya di rumah aku teringat dengan ucapanmu sebelum berpisah tadi; kabari aku jika sudah sampai rumah. Namun belum sempat aku mengabarimu, kulihat ponselku sudah ada pesan darimu yang masuk lebih dulu; "Sudah di rumah?"

Sepertinya aku akan memakai kalimat yang pernah kubaca pada blog salah seorang penulis kesukaanku; Tuhan, semenyenangkan inikah dipedulikan?

Lelah

Selalu tentang lelah yang enggan untuk beristirahat.

Ke sana kemari mencari perhatian,

namun tak ada yang memperdulikan.

Sebenarnya tidak meminta pertolongan

hanya saja ingin dilihat dan diberi pertanyaan,

tidak juga berharap dijatuhkan sebuah perasaan

hanya saja ingin mendapat obrolan dengan jangka waktu yang berkepanjangan.

Sering kali tak berani bepergian sendiri

selalu mengemis untuk ditemani

namun kesalahpahaman datang menghampiri

sampai akhirnya semua bosan untuk menanggapi.

Bayangannya menghantui keseharian

Rebah selayak tenggelam
Tak ada lagi kenyamanan
Cerah yang berubah
Indah yang tak bisa dipuja berlebihan

Bintang telah berkurang
Cahayanya malang memudar
Langitnya kian muram
Malamnya tak lagi berkesan

Asapnya sudah sampai ke pikiran
Apinya menyebar sampai ke seluruh perasaan
Merobohkan setiap kasih yang sempat ingin diabadikan.

Perlahannya sudah sempurna tak tertahan,
dan huniannya sudah tak lagi memiliki tuan.

Bercerita Tentang Bahagia