Pamit #4

Selamat tinggal, 2022, serta kenangan dan orang-orang yang menciptakannya,

Pamit #3

Tak lagi berarti tiap kecupan yang pernah kau daratkan pada pipi ini, setiap puisi yang tercipta akan hilang dan pergi. Aku akan pergi, jangan cariku kembali jika yang kau inginkan hanya tetap menyakiti. Pemahaman kita tentang cinta sudah berbeda, sudah tidak bisa dipaksakan jika setiap rindu sudah tidak memiliki tujuan yang sama. Jangan tanya bagaimana, bukan bagianku lagi untuk mengingatkanmu tentang semua luka yang kupunya.

Kukira setiap potret yang tercipta dapat tersimpan sampai selamanya, nyatanya begitu rasa cintanya memudar, potretnya pun akan hilang juga. Pamitku kali ini memiliki tujuan, bukan sekedar pergi sementara dan kembali semaunya. Kuharap kau pun mengerti itu. 

Walaupun tidak seharusnya, tetapi aku ingin berterimakasih padamu karena sudah mengisi waktu luangku dengan baik walau pada akhirnya akan tumbuh luka, terima kasih sudah menemaniku walau pada akhirnya akan menyerah juga, terimakasih sudah menciptakan luka paling sempurna yang tidak akan bisa kutebak kapan sembuhnya.


Pamit #2

Hujan kali ini tak lagi kuperhitungkan

Saat-saat harus kuhirup segala ketidakpedulian ini

Rasa yang sudah tidak lagi bisa dirasakan

Hampa menyebar hampir ke seluruh udara yang ada

Tak bisa lagi dihindari.


Tak ada lagi aku berlari mencarimu yang tengah bersembunyi

Lelah yang datang sudah tak bisa diistirahatkan lagi

Entah ini salah satu atau satu-satunya pilihan untuk menyelamatkan hati 

Sepertinya aku memilih untuk berhenti.


Ini akan jadi permohonanku untuk pamit

Entah pamit dari dirimu atau setiap kenangan yang kulakukan bersamamu.

Setiap detik yang kita habiskan kuharap untuk melupakannya

Menghapus semua hal tentang kita

Karena pada pamit kali ini, kuharap tak ada lagi dirimu di kepala.

Pamit #1

Kutinggalkan...

Entah sosoknya

ataupun kenangannya.

Entah bahagianya

ataupun sedihnya.

Entah impian yang hampir jadi nyata

ataupun harapan yang hancur lebur tak terkira.


Kulepaskan...

Entah sosoknya

ataupun sikapnya.

Entah cerahnya

ataupun hujannya.

Entah canda tawa yang kulakukan bersamanya

ataupun kesedihan yang sampai sekarang masih belum sirna.


Aku pamit...

Entah akan kembali, atau tidak sama sekali.

Entah tetap berkomunikasi, atau ingin menyendiri

Entah mampu berdamai dengan diri sendiri, atau tenggelam lalu mati.

(Judul)

Hujan hari ini awet sekali, ya! Seperti....... 
Kalian teruskan sendiri saja ya kalimat itu sesuai keinginan kalian, hehehe.

Maaf aku tidak konsisten dalam menulis di blog ini dan seringkali menghilang dalam waktu yang bisa dibilang tidak sebentar. Ada kalanya aku menjadi sibuk dan ada kalanya aku memang sedang tidak bisa memikirkan apa-apa untuk kutulis di sini, namun, beberapa hari kemarin itu aku memang sedang bersenang-senang, jadi tidak sempat menulis apapun di sini. Kesenangan yang kurasakan beberapa hari belakangan ini sebenarnya bukan kesenangan yang aku cari.

Aku baru sadar bahwa rasa senang ternyata tidak sesederhana yang aku pikirkan selama ini, kupikir saat aku merasa senang, ya, yasudah tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi, namun ternyata kesenangan memiliki beberapa efek samping yang bisa membuat rasa senang itu bukan rasa senang yang memuaskan setelah dirasakan.

Lalu, apakah rasa senang yang aku perlukan seharusnya akan datang dengan sendirinya atau aku harus mencarinya?! 


Aku dan Diriku

"Pergilah! larilah sejauh mungkin, kamu sudah tak diinginkan lagi di sini." 

"Siapa yg baru saja mengeluarkan kalimat itu? Tak kulihat ada orang lain di sini, lalu siapa?! Horor sekali di sini, lebih baik aku pergi."

"Percuma jika kamu pergi untuk menghindariku, tak akan bisa" 

"Hah??? siapa lagi itu? apa aku sedang diikuti? atau sebenarnya aku sedang bermimpi?"

"Ini bukan mimpi, ini nyata. Aku ada di dalam dirimu, aku bagian darimu, aku adalah kamu" 

"Maksudnya apa? Huh, lebih baik aku berhenti sejenak."

"Baik, sekarang apa yang kamu ingin katakan untukku?"

"Tidak banyak, hanya saja aku sudah mengatakan ini berkali-kali selama beberapa minggu terakhir"

"Tapi tidak masalah, akan kuingatkan kembali padamu; Hubungan yang saat ini kamu jalani, orang yang saat ini masih bersamamu, semua yang kamu kira membahagiakan ini, kamu harus berhenti membohongi dirimu sendiri. Pergilah! Sudah cukup untukmu merasakan lelah ini, saatnya untuk mundur."

"Lalu bagaimana dengan semua janji-janji yang sudah kami buat bersama?!"

"Tinggalkan saja! Aku yakin kamu juga sudah tahu bahwa ia juga sudah tidak peduli dengan semua itu. Sudah bukan waktunya kamu memikirkan tentang hubungan ini dan dia yang sudah tidak peduli, kamu harus lebih peduli dengan dirimu sendiri."

Rindu dan Maaf

Belum ada hitungan tahun sampai kita berpisah, rasanya rindu ini datang sudah jutaan kali ke dalam diriku. Tiba-tiba aku teringat tentang bunga yang kau tanamkan di sekitar halaman rumahku, tentang tangan yang kugenggam erat ketika sedang berjalan, tentang obrolan yang tak pernah penting ketika sedang bosan, tentang kau yang selalu minta untuk berhenti sejenak di pinggir jalan yang ada seorang kakek dengan ember kecil di depannya, tentang semua hal kecil yang dapat membuatku senang.


Aku menyesal telah mengacaukan hubungan dan impian yang sudah kita buat bersama. Dan, penyesalan terbesarku jatuh saat aku mematahkan hati yang kau simpan dan kau jaga dengan baik selama ini. Maaf; entah sudah yang keberapa kalinya aku meminta maaf, walaupun kurasa tak pernah cukup untuk menyembuhkan luka yang sudah kubuat sendiri.

Melaju. Terik. Berteduh. Keringat. Lelah Diam. Hampir Mati.

Melaju langkahku

Terik panas sangat ganas

Berteduh di antara gaduh

Keringat jatuh penuh keluh

Lelah ingin menyerah

Diam separuh tenggelam

Hampir mati tak perduli

Hanya Aku, Kamu, dan cinta

Kutatap mata indah itu di ruangan yang ramai

Perlahan aku masuk ke dalam dunianya

Terbang tinggi ke luar angkasa

Menatap bintang dan bulan

Tanpa awan, tanpa hujan, tanpa pesawat-pesawat yang mengganggu

Hanya Aku, Kamu, dan cinta

Bimbang

"Mulai bimbang ya?!" Tanyaku lirih.

"Maaf?!" Ucapnya yang kurang jelas mendengar pertanyaanku.

"Umm, enggak. Aku cuma lagi ngomong sama diriku sendiri"

Akhir-akhir ini hari yang dilalui semakin terasa lama dan berat, tidak seperti biasanya saat semua masih baik-baik saja. Kutatap matamu penuh harap, ada kekosongan di dalam sana yang pernah kuisi tetapi hilang seketika. Entah aku yang salah atau memang hubungan ini akan mencapai batasannya, namun obrolan kita tahun lalu tentang bahwa cinta bisa menjadi kedaluwarsa kan kita berdua tidak setuju dengan itu, apa itu artinya kita salah?

Pada akhirnya kita sampai pada tahap ini: genggaman tangan yang masih terasa hangat secara fisik tetapi terasa sangat dingin dalam sudut pandang yang lain; waktu yang kita habiskan bersama terasa sangat lama sehingga yang kita inginkan hanya cepat selesai; hari yang kita tentukan untuk bertemu menjadi hari yang kita hindari sebisa mungkin agar hal buruk seperti pertengkaran tidak terjadi; sibuk dengan hal pribadi jauh lebih dapat menghabiskan waktu dibanding kebersamaan kita. Bagaimana cara memperbaiki ini?!

Apakah ini hanya kebosanan yang kita terima setelah lama menjalin hubungan bersama? Ataukah memang sudah saatnya cinta ini tidak terasa seperti cinta yang dulu tercipta dengan sendirinya?

Apakah sudah saatnya perpisahan menjadi sebuah pilihan untuk menyelamatkan setiap perasaan?

Ataukah keterpaksaan atas hubungan bisa menjadi solusi agar semuanya baik-baik saja seperti sejak pertama kali?

Sepertinya sudah saatnya kita memberi waktu atas hubungan ini agar kita dapat menentukan pilihan kita sendiri tanpa ada paksaan yang terjadi.

Semoga apapun hasilnya nanti kita bisa tetap menjalani hari dengan segenap hati, walaupun sudah pasti beberapa potongan hati kita masih akan terbawa oleh satu sama lain.

Untukmu yang Dibuat Lelah Tanpa Harapan

Tak ada lagi yang perlu ditangisi kala kepergiannya, setiap cinta akan retak atau hancur dengan sendirinya, hanya perihal waktu. Tak ada lagi yang perlu dipertahankan jika akhirnya sudah tidak ada senyuman atau harapan. Jika memang berniat untuk mati-matian untuk mempertahankan, sebaiknya bercermin dulu dan berjanji pada wajah yang terpampang pada cermin itu bahwa kamu tidak akan lagi memberinya kisah cinta tragis yang hanya akan membuatnya menangis.

Kamu harus menghargai perasaanmu lebih dari siapapun. Jangan pernah kamu khianati perasaanmu sendiri karena konsekuensi yang kamu hadapi akan jauh lebih berat dari apapun yang pernah kamu hadapi selama ini. Jika selama ini kamu jaga dadamu agar tak ada yang berani merobek itu, maka jangan kamu robek dengan sendirinya hanya untuk membuang setiap perasaan yang ada. Orang yang tak pernah bisa serius dalam menjalani hubungannya denganmu itu tak pantas kamu berikan segalanya. Turunkan egomu sedikit untuk kebahagiaan yang akan kamu terima di kemudian hari.

Sudah hentikan perang yang kamu buat dengan dirimu sendiri, semuanya butuh istirahat. Semuanya sudah lelah, bahkan bayanganmu yang selama ini bersamamu sudah tidak tahan melihatmu terus-terusan dibuat seperti ini. Namun, tidak ada yang bisa membantu dirimu kecuali dirimu sendiri. Kali ini bahkan hatimu sudah sangat lelah untuk menciptakan pilihan "mempertahankan" karena yang seharusnya kamu lakukan saat ini hanya merelakan.

Sudah

Sepertinya kali ini kau harus merelakannya pergi 
Mari kita lihat
Cinta yang kau hargai itu sudah tak memiliki arti
Apakah harus dipertahankan kembali?!

Sudah seharusnya dibiarkan seperti ini
Tak perlu usaha keras untuk memperbaiki
Karena sudah tidak ada gunanya lagi
Bukankah menyerah ditujukan supaya tidak mati?!

Tenang saja, ini bukan salahmu
Kau yang sudah sekuat tenaga mempertahankan
Wajar saja jika kau sendiri yang bebas untuk memutuskan
Ini adalah saat yang tepat untuk beristirahat sejenak

Siopilos

Entah jelas atau tidak, aku sudah menjatuhkan rasaku padamu

Aku tahu kamu tidak bisa membalasnya

Atau mungkin tidak ingin.

Tolong izinkan aku menyukaimu

Aku tidak memaksa kamu untuk memberi rasa yang sama kepadaku

Hanya saja, jangan larang aku untuk melakukan ini.

Namun, akhir-akhir ini berat rasanya

Aku sudah jatuh terlalu dalam 

Bahkan uluran tangan tak dapat kugapai.

Banyak hal kecil yang dapat menggangguku

Dan sayangnya aku tidak berhak untuk berbicara tentang hal itu

Satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah menerima semua ini

Dari awal memang ini resiko yang harus aku terima

Dan hal utama yang sangat sulit dari melakukan ini hanya satu:

Tidak boleh berharap apapun.

Keluh Kesah

Matahari sudah, 

Bulan sudah, 

Rintik Hujan sudah, 

Ombak sudah, 

Hampir semua sudah mendengarkan keluh kesahku

Hanya kamu yang belum.

Jadi, kapan kamu ada waktu?

Berat

Tak apa mengeluh, itu hal manusiawi. 

Kamu butuh pelampiasan agar tidak lagi menjadikannya beban di dalam diri sendiri. 

Jika ingin menangis, menangislah! 

Jika ingin berteriak, teriaklah! 

Tak ada yang melarang itu. 

Atau kamu butuh seseorang untuk menjadi pendengar setiap keluhanmu?! 

Aku bisa, pilih aku untuk jadi pendengarmu. 

Jika yang kamu inginkan orang lain juga tak apa, 

setidaknya kamu menemukan orang yang ingin mendengarkan keluh kesahmu. 

Mengeluh itu tidak salah, 

memendam juga tidak salah, 

Namun kamu harus peduli pada batasan dirimu sendiri. 

Jika kamu abaikan dirimu sendiri, akan sangat tidak adil jika kamu berharap orang lain peduli pada apapun yang ada di dalam dirimu.

Keseharian ini memang berat, 

Tetapi nanti juga akan berakhir

dan kebahagiaan akan berpihak padamu suatu saat nanti.

Silakan mengeluh! Silakan menangis! Silakan berteriak! Silakan berhenti sejenak! Apapun asal jangan menyerah.

Mencari

Berjalan ke sana kemari

Arahnya tak pernah pasti

Entah apa yang dicari

Nyata atau tidaknya juga belum diketahui

Mungkin akan disadarkan suatu hari nanti

Bahwa seharusnya tidak harus lagi mencari

Kelak mungkin hanya tinggal diam menanti

Menunggu datangnya hal yang selama ini tak pernah didapati

Entahlah!!

Kau mencintainya.
Dan memilih untuk mengecewakanku.

Pengakuanmu menjelaskan semuanya
Segala macam bimbang yang tertahan pada hubungan kita
Semuanya menjadi jelas dengan apa yang kau ucap kala itu
Ucapan yang memaksaku menahan derasnya air yang akan keluar dari mata
Air mata yang selama ini kau jaga dengan baik agar tidak pernah keluar
Dan kujaga baik-baik juga agar tidak membuatmu kecewa,
Tetapi kenyataannya kau sendiri yang membuat ini berontak ingin keluar dengan ganasnya

Kau bilang kau cinta dan akan selalu mencintaiku
Aku tidak mempertanyakan lagi tentang itu dan langsung mempercayaimu
Namun seiring berjalannya waktu kau tiba-tiba berubah dan menjadi lebih cuek kepadaku
Dan aku mulai mempertanyakan rasa cintamu yang pernah kau ucapkan itu

Pada perpisahan kita kali ini
Kupertaruhkan banyak kepercayaan orang menjadi kekecewaan
Bukan hanya aku, banyak sekali yang ingin hubungan kita beranjak menjadi lebih baik
Namun kenyataannya seperti ini

Tahun-tahun yang sudah dilalui jadi seperti tidak ada gunanya
Kesenangan yang banyak diterima menjadi hancur seketika
Serta harapan-harapan yang kuanggap akan menjadi nyata sudah tidak ada lagi artinya

Curahan Hati

Sulit sekali untuk menuliskan sebuah puisi akhir-akhir ini

entah karena objeknya yang sudah tidak nyata

atau memang sudah tidak ada dorongan untuk membuatnya

atau dua-duanya?! 

Bagiku, susah sekali mencari inspirasi untuk menulis sebuah sajak

jika kucoba, hasilnya selalu saja tidak bisa memuaskan diriku sendiri

jadi seperti curhat, ya! hehehe.

Ah, tetapi sepertinya aku ingin mencoba membuatnya lagi

(Tanpa Judul) #3

Aku kesulitan melupakan hal indah yang pernah kita lalui
pemicu kecil selalu saja menghalangiku untuk melupakan apa yang ingin aku lupakan
bukan berarti aku ingin melupakan sepenuhnya
hanya saja ini menyakitiku setiap kali aku teringat tentang kenangan indah yang pernah kita lalui
bayangmu selalu saja menghantui
entah aku yang berhalusinasi atau memang semua bentuk perasaanku tidak pernah bisa lepas darimu
aku takut jika memang kenyataannya aku tidak lepas darimu sedangkan kamu dapat berhasil menemukan orang baru dengan begitu mudahnya

Aku paham betul saat kamu meminta untuk mengakhiri semua hubungan kita
tapi menjadi benar-benar menghilang apakah baik untuk kita berdua?
maksudku, bukankah semuanya masih bisa diperbaiki?! 
walaupun tidak menjadi seperti dulu, bukankah masih bisa berteman seperti kamu dengan yang lainnya?!

Memaksakan diri untuk melupakan akan jauh lebih menyulitkan dibanding mengikuti alurnya dan lupa dengan sendirinya, kan?

(Tanpa Judul) #2

Jika dekat
Ingin kudekap setiap erat yang mulai memberi jarak
Mengabaikan jarak yang sudah ada dan menghilangkannya secara perlahan
Membuat cerita indah lagi setelah semua cerita lama yang ada sudah memudar
Menerima lagi semua keadaan dan segala kekurangan yang ada pada diri kita

Di antara kesedihan yang setiap hari terasa
pasti selalu ada rindu yang bertebaran di setiap sisinya

Di antara kerinduan yang setiap saat menekan
pasti selalu ada air mata yang jatuh tak beraturan

Bintang

Aku tidak keluar untuk melihat bintang malam ini

aku sudah sangat yakin bahwa bintang-bintang itu selalu indah

hanya saja mereka tidak selalu ada setiap malam setiap aku butuhkan

Selalu menenangkan melihat bintang-bintang bersinar pada malam hari

Lalu, ke mana mereka saat siang hari? 

Apakah kalah dengan cahaya matahari sehingga mereka menjadi tidak terlihat?

Atau memang mereka berpindah ke tempat lain untuk menyinari langit yang sedang tidak dapat cahaya dari matahari?

Baik sekali ya bintang-bintang itu

(Tanpa Judul)

Aku benci semuanya
kesunyian di malam hari
kebisingan di siang hari
semua tampak menyebalkan
sampai aku mengerti bahwa pada akhirnya aku memang tidak bisa menerima semua keadaan di dunia

Aku ingin sejenak menghilang dari bumi
entah pergi ke planet lain atau hanya sekedar mati suri
mimpi dan imajinasiku selalu lebih baik dari realita yang ada
apa seharusnya aku tidak usah berharap untuk bermimpi dan berimajinasi agar tidak ada perbandingannya dengan realita??

Aku tidak tahu harus melakukan apa sekarang ini
kebencianku terhadap diri sendiri sudah jauh merusak hari-hari
kebingunganku terhadap apa yang seharusnya aku lakukan sudah membuang banyak waktu selama ini
apa sudah seharusnya aku berhenti?
berhenti apa?! bahkan aku pun tidak tahu apa yang sedang aku bahas sekarang ini

Semesta, biarkan ia menemukan tulisan ini dengan sendirinya. Jangan dibantu, ya!

Semesta, aku gagal dalam melindungi cinta
cinta yang semestinya aku jaga lebih lembut dari memegang sebuah bunga
cinta yang seharusnya kuperjuangkan untuk selalu bahagia sampai lupa arti kesedihan dunia
cinta yang selalu dapat menerimaku saat semua orang bahkan tidak berharap aku ada
aku menyesal telah menarik sedikit perasaanku yang sebelumnya sudah kuberikan sepenuhnya

Semesta, aku takut ia trauma menjatuhkan perasaannya untuk orang lain
aku takut ia memusuhiku seperti yang semua orang lakukan selama ini
aku takut ia tak akan menerimaku lagi di kehidupannya
aku takut tidak bisa masuk lagi ke dalam cerita indah kehidupannya
kuharap ketakutanku ini hanya sebatas rasa takut yang tak pernah terjadi seperti biasa

Semesta, mungkin menjauhkannya dariku adalah salah satu caramu untuk melindunginya
kuharap memang benar itu nyatanya
tolong bantu ia untuk menemukan orang yang baik untuknya
jika memang bukan aku orang yang ditakdirkan untuknya, pastikan ia bahagia bersama orang pilihannya

Semesta, aku masih memikirkannya dalam setiap detik di keseharianku
aku senang dan setelah itu aku merindukannya, hanya saja aku tak bisa apa-apa
aku khawatir aku juga masih ada di dalam pikirannya dan mengelilingi setiap sisi otaknya
aku takut untuk masuk ke kehidupannya secepat ini, aku ingin ia meredakan kesedihannya dahulu
walaupun aku yakin setelah lupa nanti ia akan tetap merasakan kilas balik kesedihannya jika melihatku

Wahai Semesta,
kuyakin aku bisa percayakan ia padamu, karena aku sudah tidak bisa percaya pada diriku sendiri
jaga ia dengan baik ya, entah itu tubuhnya atau hatinya
sampaikan saja salamku padanya entah bagaimana caranya aku tidak peduli
beritahu ia juga bahwa malam ini aku merindukannya.


Dokter

Kuingat patah yang tak pernah sembuh semula

Bukan tulang, tapi gejala ini nyata 

Sakit di dalam, dengan keluhan yang tak bisa dibicarakan

Bisakah ini disembuhkan oleh seorang dokter?

Tidak! Karena menyembuhkan patahan ini bukan keahlian dokter.

Iya! Jika orang yang tepat yang menjadi dokternya.



Deras

Hujan di luar sangat deras, mari kita tutup jendela dan pintunya sebentar

bisa, kan? 

Aku berharap kamu bisa melakukan itu

Namun, sepertinya masih ada beberapa air hujan yang berhasil masuk ke dalam

Bolehkah aku mengumpulkan airnya dan keluar sebentar untuk membuangnya?

Tapi, tolong bukakan pintunya lagi untukku saat aku ingin masuk

Kamu bisa melakukan itu, kan?

Karena aku akan sangat kedinginan jika kamu tidak bisa membiarkan aku masuk kembali,

jadi, tolong bukakan pintunya untukku(lagi).

Tangisan

Besok adalah hari raya bagi yang merayakannya, hari kemenangan bagi seluruh umat muslim di dunia. Hari yang juga menjadi simbol untuk saling meminta maaf dan memaafkan orang-orang. tetapi, sangat tidak masuk akal jika meminta maaf dan memaafkan hanya di hari raya saja. Setiap orang sudah sewajarnya meminta maaf jika memiliki kesalahan terhadap orang lain dan memaafkan setiap kesalahan orang lain bagaimanapun caranya. 

Selalu saja ada tangisan di saat momen-momen berharga pada hari raya, dan juga ini menjadi salah satu hal yang sedikit membingungkan untuk saya. Orang akan menangis jika merasa sangat sedih, dan akan menangis juga jika merasa sangat bahagia. Ini hal yang membingungkan, bukan? Bagaimana jika ada orang yang salah mengartikan sebuah tangisan yang jatuh di wajah orang lain. Bagaimana jika tangisan dalam sebuah acara pernikahan ternyata adalah tangisan kesedihan bukan kebahagiaan? Begitupun sebaliknya, bagaimana jika air mata yang jatuh pada hari perpisahan dengan orang yang penting adalah tangisan kebahagiaan bukan kesedihan? Lantas, apakah setiap tangisan adalah rahasia setiap orang?

Sepertinya saya harus berpikir menggunakan sudut pandang lain. Bagaimana jika begini saja: Tangisan dan air mata yang jatuh pada wajah indah orang lain adalah bukti dari sebuah rasa dan ketulusan setiap orang pada hal tertentu. Jika orang menangis pada sebuah acara pernikahan, mari kita anggap itu bukan kesedihan atau kebahagiaan, anggap saja air mata yang jatuh itu adalah tanda dari ketulusan seseorang pada momen berharga dan kehidupan yang berbeda yang akan mereka jalani nantinya, dan Jika orang menangis pada sebuah perpisahan dengan orang yang penting di hidupnya, anggap saja itu adalah sebuah rasa yang tidak karuan yang tiba-tiba berubah karena kepergian seseorang yang penting di hidupnya.

Ah, menulis apa sih saya kali ini. Maafkan ya, hehe, maafkan setiap kesalahan saya. Dan, Mohon maaf lahir dan batin. Maafkan atas lahirnya saya dan segala tindakan-tindakan saya di dunia yang dapat membuat batin kalian tersiksa. Selamat merayakan hari raya idul fitri bagi yang menjalaninya. Dan, Selamat atas berhasilnya kalian melewati bulan ramadhan kali ini :)

Maafkan aku, Kekasihku!

Pada cahaya indah bulan malam ini, maaf aku menjatuhkan hujan pada taman pipi cantikmu itu

Taman yang tak pernah dikunjungi oleh kecupanku malah berubah menjadi taman yang penuh air hujan

Air hujan yang tak pernah bermanfaat dan bersifat menghancurkan dari dalam perasaan.

Maaf aku tidak bisa datang membawakan tangan untuk menghapus air mata itu, aku terlalu takut untuk melihatmu

Walaupun aku selalu memelukmu dari dalam imajinasiku, kuharap rasa itu bisa sampai kepadamu secara langsung

Aku tidak bisa dan tidak berani untuk mencoba menenangkanmu sekarang ini, walaupun sebenarnya aku ingin

Aku terlalu takut, takut akan segala hal yang kulakukan dapat menyakitimu.

Walaupun sebenarnya mungkin sudah jutaan kali aku menyakitimu.

Maaf.

Lamunan

Pada malam singkat yang paginya tak pernah kuharap, aku melamunkan dirimu; Menari di atas kapal besar yang akan membawa kita ke sebuah tempat indah dengan rumah sederhana yang akan kita tinggali nantinya. 

Pelabuhan adalah tempat terseram yang pernah aku datangi, karena tempat ini yang kelak mampu memisahkan setiap orang dalam jangka waktu yang sangat lama dengan ketidakpastian akan pertemuan setelahnya. Kapal adalah alat transportasi yang sangat aku benci setelah pesawat. Seandainya tidak ada kapal dan pesawat mungkin setiap orang tidak perlu merasakan sedihnya berpisah dalam jarak yang sangat jauh dan waktu yang sangat lama. 

Namun ini menjadi lebih baik jika aku pergi bersamamu dalam jarak yang sangat jauh sekalipun. Ini menyenangkan. Berada di atas kapal yang sama denganmu menghilangkan ketakutanku terhadap pelabuhan. Seseorang pernah berkata bahwa rasa takut berasal dari pikiran, jika kita bisa mengatasi pikiran tentang rasa takut tersebut maka kita bisa mengatasi ketakutan yang kita takutkan selama ini. Sangat mudah jika diucapkan, bukan? 

Aku perhatikan dirimu dengan seksama saat kamu masih menari di bagian atas kapal dengan alunan musik yang hanya ada di kepalamu sendiri. Kamu terlihat sangat mempesona dengan rambut yang bergerak ke sana-kemari sesuai dengan gerakanmu.

Tak terasa kita sampai lebih cepat. Bersamamu membuat waktu terasa sangat cepat, mungkin seumur hidup denganmu akan tetap terasa kurang nantinya.

Segera kita pergi ke tempat di mana kita akan tinggal, rumah dengan konsep klasik yang bisa membuat kita melihat senja dari jendela yang berada di lantai atas, serta bunga-bunga indah di taman yang berada di depan rumah.

Ah, selalu saja, lamunan itu terasa sangat menyenangkan. Kira-kira apa yang membuat itu menyenangkan, ya? Apakah karena itu bersifat tidak nyata? Aku sudahi saja, ya. Kalian lanjutkan saja sendiri lamunan ini dengan versi yang ada di kepala kalian. Bye-bye.

3003

Jujur saja, aku sedang merindukanmu. Maaf kalau aku tak berani mengucapkannya secara langsung, aku takut mengganggu waktumu, ah, tidak. Mungkin itu hanya alasan bodoh yang kubuat sendiri. Mungkin aku hanya takut kalau aku akan menyakitimu lagi, maaf.

Seharusnya sore ini aku mengajakmu pergi untuk bertemu teman-temanku, mereka sangat ingin sekali kenal denganmu, mereka sangat penasaran dan ingin bertemu denganmu. Mungkin rasa penasaran tersebut juga datang karena aku yang sering sekali bercerita tentangmu pada mereka, ah, mungkin ini salahku.

Kamu apa kabar?! Apa tanpaku sekarang kamu lebih lega dan bahagia?! Aku ingin bilang "semoga pilihanmu tepat saat itu" tetapi yang kuharapkan sebenarnya adalah "Kuharap kamu salah saat itu dalam hal mengambil keputusan, karena aku masih sangat ingin bersamamu" Betapa egoisnya aku, hehe.

Aku suka dengan banyak orang, kamu tahu itu, tetapi bukankah aku hanya mencintaimu?! Aku tahu aku bodoh karena tidak bisa menjaga perasaanmu, kesadaran itu selalu ada di kepalaku tetapi perlakuanku tidak bisa cepat untuk kuubah. 

Aku tidak tahu akan jadi seperti ini, kesadaran dan penyesalan yang seperti ini selalu datang setelah aku kehilanganmu. Walaupun sejujurnya aku masih belum merasa pisah denganmu, kepastian yang kutanyakan malam itu belum kamu jawab sampai sekarang, kan?! Tetapi rasa ini, rindu ini, aku sangat ingin bertemu denganmu, bahkan ibu saja sudah beberapa kali menanyakan tentangmu, ia khawatir dengan hubungan kita yang sebelumnya sangat erat sekali.

Ah, maaf aku seperti sedang mengeluh sekarang ini. Aku berharap kamu membaca ini agar kamu tahu bahwa kehilanganmu benar-benar membuatku kesepian. 

Seperti lirik di dalam lagu yang berjudul Sick Feeling milik Boy Pablo "What a sick, sick feeling to let You go, my Dear. Cus I was not prepared to let You go"

Bingung

Sebenarnya apa yang membuat mimpi menjadi lebih berarti?! Apa yang membuat perasaan memancarkan kesenangan? Apa yang membuat sunyi menjadi tidak terasa lagi di hati?! 

Kenapa setiap bahagia terasa sebentar saja sedangkan kecewa terasa seperti selamanya?!

Bingung, ya!

Sedih dan kecewa selalu menghampiri. Bisakah kita sembunyi?! Tapi bukankah kita sendiri yang membuat kecewa dan sedih itu datang?! Jadi, mana mungkin bisa sembunyi. Ah! Makin bingung.

Jika bisa, ingin kubuang jauh-jauh harapan-harapan yang tidak memberiku kepastian karena ujungnya hanya akan ada sebuah kekecewaan. Tapi ternyata, selalu saja tanpa sadar aku sendiri yang menyimpannya itu terlalu dalam di hati.

Gimana ya caranya supaya kecewa dan kesedihan itu tidak ada?! Apa kematian bisa menghentikan kekecewaan?! Tetapi, bukankah kematian tidak bisa dijadikan pilihan?! Nah, loh. Makin bingung lagi deh.

Sudahi saja, deh. 

Liburan?!

(Yang Lalu)

Liburan telah tiba

Dan kuharap kamu juga

Kecemburuan yang sudah berlalu biarlah saja

Karena kuyakin kamu sudah lama melupakannya


Aku ingin cepat bertemu

Menghapus setiap air mata yang jatuh karena rindu

Memeluk setiap hangat yang ada di dalam diri itu

Mengecup setiap kenangan yang akan kita cipta setelahnya


(Yang Terjadi)

Liburan hampir selesai

Kita tidak melakukan apa-apa

Masalah datang begitu saja

Solusi dan penyelesaiannya masih belum tercipta


Aku ingin cepat bertemu

Mencari solusi atas pertikaianku terhadapmu

Mengabaikan setiap sedih yang tiba atas salahku

dan ingin segera melanjutkan hubungan dengan melupakan yang sudah berlalu

Bercerita Tentang Bahagia