Awal yang Buruk

Kesedihan, kekecewaan, kesalahan; pada akhirnya ini semua hanyalah permulaan.

Jika kau bertanya apa dosa terbesarku selama ini, jawabanku hanya satu; mengkhianatimu. Mungkin itu karena aku belum dewasa dan egoku masih belum dapat kukendalikan sepenuhnya, mungkin sampai kapanpun tak akan pernah bisa kukendalikan sepenuhnya. Saat itu, kaulah cinta pertamaku. Banyak hal yang belum kupahami perihal cinta dan berpasangan, dan kau mengajariku banyak hal; bahagia, rindu, kebersamaan, kasih sayang. Tapi tidak dengan kekecewaan. Kau memberiku banyak hadiah, tapi tidak dengan luka.

Kuberikan hatiku sepenuhnya hingga tinggal tiruannya saja yang kupunya. Kau jaga itu dengan baik, kau rawat itu dengan baik, kau bahagiakan itu selalu, entah tepatnya kapan, aku mulai merasa bahwa ada yang kurang pada pelajaran yang kau beri tentang cinta ini. Aku merasa apa yang kau beri masih saja belum cukup untuk membuatku lebih baik, masih belum cukup untuk membuatku menjadi dewasa.

Sampai tiba saatnya. Hubungan kita mulai menunjukkan keretakannya, tidak, lebih tepatnya aku yang membuatnya retak, komunikasi sudah mulai jarang dilakukan, sudah tidak pernah bertemu lagi. Entah kau sibuk apa saat itu, dan aku sibuk dengan wanita lain yang sedang kudekati. Seperti terkena hipnotis, aku tak tau apa yang kufikirkan saat itu sampai berani bermain dengan wanita lain. Tak pernah hilang sedetik pun wajahmu dari fikiranku tetapi tetap saja kulakukan apa yang seharusnya tak kulakukan. Hampir setiap hari aku bersamanya, menghabiskan waktu bersamanya, tanganku nyaman menggenggam tangannya, tetapi otakku selalu saja mengingatkanku denganmu, selalu saja seperti itu setiap kali aku bersama dengannya.

Hingga pada akhirnya kau tau aku sedang menjalin hubungan baru dengan wanita lain, saat itu adalah satu-satunya keadaan yang membuat aku merasa bahwa aku menjadi orang paling bodoh di dunia. Seharusnya tak kuabaikan peringatan yang setiap detik diberikan otakku. Hingga akhirnya pelajaran yang kubutuhkan selama ini tiba; kekecewaan. Namun tidak darimu, aku beri kekecewaan kepada diriku sendiri dan itu berdampak padamu juga, sebuah pelajaran yang kufikir aku butuhkan dan saat itu aku merasa aku tidak kuat menerimanya.
Yang harus kulakukan saat itu mungkin hanya memilih, memilih melanjutkan hubungan dengan satu orang dan akan mengecewakan satunya. Jujur saja, sampai saat ini aku masih berfikir bahwa saat itu aku sangat bodoh. Berlagak jadi brengsek tanpa tau apa akibatnya. Penyesalan selalu ada dan itu adalah penyesalan terbesarku sampai saat ini. Aku tidak memilih siapapun saat itu, kuabaikan wanita yang satunya dan kuberi penjelasan padamu. Penjelasan yang mungkin tidak berarti apa-apa karena kau sudah tau semuanya. Aku tidak tau harus apa, dan aku tidak mau menyakitimu lagi yang lebih dari itu. Lagi-lagi sebuah kesalahan dalam mengambil sebuah keputusan terulang lagi, aku memintamu meninggalkanku. Karena kufikir dengan begitu aku tidak akan menyakitimu lagi, namun sebenarnya kau tak mengharapkan aku mengambil keputusan seperti itu, kau masih ingin memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, kau ingin melihatku berjuang dalam menghadapi itu dan membuat kita baik seperti semula. Namun, ketakutanku akan bayangan bahwa aku akan menyakitimu lagi suatu saat nanti membuatku lagi-lagi salah mengambil keputusan, aku menyerah dan tetap memintamu untuk meninggalkanku dan mencari seseorang yang lebih baik dariku.
Setiap keputusan yang kuambil berakibat menyakiti kita berdua saat itu. Aku membuat satu-satunya wanita yang kuyakini sempurna menangis kala itu, yang dulu pernah kujanjikan akan membuat kau menangis karena kebahagiaan malah terjadi sebaliknya.

Jika kau bertanya apa kebahagiaan terbesarku sampai saat ini, jawabanku hanya satu; mengenalmu. Saat aku menulis ini aku teringat satu hal yang kulupa; hatiku belum kau kembalikan sampai sekarang. Jika kau membaca ini, tolong jaga hatiku sebaik dulu, ya! Rawat hati itu, agar kelak saat kuambil nanti aku menjadi orang sebaik dirimu. Ya mungkin aku juga tidak tau akan kuambil kapan, mungkin saat kuhadiri pernikahanmu nanti sebagai seorang tamu, hehe.

Dan satu lagi …
.. aku masih mencintaimu
.. sampai kapanpun.

Mimpi

Pernahkah kalian memimpikan seseorang yang tidak kalian kenal sama sekali tetapi kalian sangat ingin bertemu dan mengenalnya di dunia nyata?

Baru saja aku memimpikan hal yang menyenangkan yang mungkin ingin aku rasakan di kehidupan nyata. Aku tidak terlalu ingat bagaimana mimpi tersebut, yang kuingat hanya; aku menghabiskan waktu bersama wanita cantik, rambutnya berwarna hitam dan terlihat sangat indah, selama kami bersama pada mimpi itu ia tidak pernah ingin melepaskan genggamannya pada tanganku. Aku merasa begitu hangat bersamanya, ia pun begitu. Satu-satunya alasan ia ingin tetap bersamaku hanyalah ia ingin menceritakanku sesuatu, mungkin tentang pasangannya yang tidak aku tau siapa, namun, mimpi itu berakhir saat kita sedang berada di perjalanan menuju ke tempat yang ia ingin tunjukkan padaku. Jujur, aku begitu kecewa saat mimpi itu berakhir sebelum ia berhasil menceritakan apa yang ingin ia ceritakan. Semoga aku dapat dipertemukan lagi dengannya walau dengan keadaan yang berbeda.

Bercerita Tentang Bahagia