Pamit #4

Selamat tinggal, 2022, serta kenangan dan orang-orang yang menciptakannya,

Pamit #3

Tak lagi berarti tiap kecupan yang pernah kau daratkan pada pipi ini, setiap puisi yang tercipta akan hilang dan pergi. Aku akan pergi, jangan cariku kembali jika yang kau inginkan hanya tetap menyakiti. Pemahaman kita tentang cinta sudah berbeda, sudah tidak bisa dipaksakan jika setiap rindu sudah tidak memiliki tujuan yang sama. Jangan tanya bagaimana, bukan bagianku lagi untuk mengingatkanmu tentang semua luka yang kupunya.

Kukira setiap potret yang tercipta dapat tersimpan sampai selamanya, nyatanya begitu rasa cintanya memudar, potretnya pun akan hilang juga. Pamitku kali ini memiliki tujuan, bukan sekedar pergi sementara dan kembali semaunya. Kuharap kau pun mengerti itu. 

Walaupun tidak seharusnya, tetapi aku ingin berterimakasih padamu karena sudah mengisi waktu luangku dengan baik walau pada akhirnya akan tumbuh luka, terima kasih sudah menemaniku walau pada akhirnya akan menyerah juga, terimakasih sudah menciptakan luka paling sempurna yang tidak akan bisa kutebak kapan sembuhnya.


Pamit #2

Hujan kali ini tak lagi kuperhitungkan

Saat-saat harus kuhirup segala ketidakpedulian ini

Rasa yang sudah tidak lagi bisa dirasakan

Hampa menyebar hampir ke seluruh udara yang ada

Tak bisa lagi dihindari.


Tak ada lagi aku berlari mencarimu yang tengah bersembunyi

Lelah yang datang sudah tak bisa diistirahatkan lagi

Entah ini salah satu atau satu-satunya pilihan untuk menyelamatkan hati 

Sepertinya aku memilih untuk berhenti.


Ini akan jadi permohonanku untuk pamit

Entah pamit dari dirimu atau setiap kenangan yang kulakukan bersamamu.

Setiap detik yang kita habiskan kuharap untuk melupakannya

Menghapus semua hal tentang kita

Karena pada pamit kali ini, kuharap tak ada lagi dirimu di kepala.

Pamit #1

Kutinggalkan...

Entah sosoknya

ataupun kenangannya.

Entah bahagianya

ataupun sedihnya.

Entah impian yang hampir jadi nyata

ataupun harapan yang hancur lebur tak terkira.


Kulepaskan...

Entah sosoknya

ataupun sikapnya.

Entah cerahnya

ataupun hujannya.

Entah canda tawa yang kulakukan bersamanya

ataupun kesedihan yang sampai sekarang masih belum sirna.


Aku pamit...

Entah akan kembali, atau tidak sama sekali.

Entah tetap berkomunikasi, atau ingin menyendiri

Entah mampu berdamai dengan diri sendiri, atau tenggelam lalu mati.

Bercerita Tentang Bahagia