Lamunan

Pada malam singkat yang paginya tak pernah kuharap, aku melamunkan dirimu; Menari di atas kapal besar yang akan membawa kita ke sebuah tempat indah dengan rumah sederhana yang akan kita tinggali nantinya. 

Pelabuhan adalah tempat terseram yang pernah aku datangi, karena tempat ini yang kelak mampu memisahkan setiap orang dalam jangka waktu yang sangat lama dengan ketidakpastian akan pertemuan setelahnya. Kapal adalah alat transportasi yang sangat aku benci setelah pesawat. Seandainya tidak ada kapal dan pesawat mungkin setiap orang tidak perlu merasakan sedihnya berpisah dalam jarak yang sangat jauh dan waktu yang sangat lama. 

Namun ini menjadi lebih baik jika aku pergi bersamamu dalam jarak yang sangat jauh sekalipun. Ini menyenangkan. Berada di atas kapal yang sama denganmu menghilangkan ketakutanku terhadap pelabuhan. Seseorang pernah berkata bahwa rasa takut berasal dari pikiran, jika kita bisa mengatasi pikiran tentang rasa takut tersebut maka kita bisa mengatasi ketakutan yang kita takutkan selama ini. Sangat mudah jika diucapkan, bukan? 

Aku perhatikan dirimu dengan seksama saat kamu masih menari di bagian atas kapal dengan alunan musik yang hanya ada di kepalamu sendiri. Kamu terlihat sangat mempesona dengan rambut yang bergerak ke sana-kemari sesuai dengan gerakanmu.

Tak terasa kita sampai lebih cepat. Bersamamu membuat waktu terasa sangat cepat, mungkin seumur hidup denganmu akan tetap terasa kurang nantinya.

Segera kita pergi ke tempat di mana kita akan tinggal, rumah dengan konsep klasik yang bisa membuat kita melihat senja dari jendela yang berada di lantai atas, serta bunga-bunga indah di taman yang berada di depan rumah.

Ah, selalu saja, lamunan itu terasa sangat menyenangkan. Kira-kira apa yang membuat itu menyenangkan, ya? Apakah karena itu bersifat tidak nyata? Aku sudahi saja, ya. Kalian lanjutkan saja sendiri lamunan ini dengan versi yang ada di kepala kalian. Bye-bye.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bercerita Tentang Bahagia