Entahlah

Sedang kucoba mengakhiri semuanya, namun sejujurnya kuharap aku gagal melakukannya. Setiap kejadian yang ingin kuceritakan, setiap barang yang kubeli, setiap makanan yang kuhabiskan sendiri, semua menjadi pemicu rindu yang biasanya kuberikan padamu. 

Teruslah membohongi diri, jangan biarkan pertahanan ini runtuh lagi, rasa nekat ini jangan dibiarkan sia-sia. kisah yang sebelumnya diisi gelak tawa menjadi diam tak berguna, senyum yang ditampilkan tak lagi mampu menyimpan semuanya. Semuanya tak bisa lagi seperti dulu, tak bisa seperti yang kamu atau aku mau.

Semua tertawa kita, kegiatan bersama, tak lagi ada. Entah hilang ke mana, entah tertelan apa, entah sirna karena apa. 

Salah

Indahnya pergi, entah ke mana

Rindunya tak memiliki tujuan

Mencari-cari namun hanya lelah yang didapat

Lebih baik mati atau hidup tapi tak berarti?!?!?!

Sekumpulan kata yang disusun menjadi kalimat mampu mengakhiri semuanya. Seketika hancur tanpa sisa, potongan-potongannya berlari menjauh tak ingin disatukan kembali; takut akan kembali hancur, katanya. Banyak suara yang dipendam namun tak bisa dikeluarkan, banyak pertimbangan yang pada akhirnya hanya menumpuk di kepala tanpa tahu harus apa, banyak kata yang jika dikeluarkan hanya akan memperburuk suasana, banyak rindu yang tak tahu harus diapakan karena tujuannya sudah tidak lagi bisa menerima. 

Ini menyedihkan, setidaknya aku ingin mati rasa dalam waktu yang lama, karena jika rasa ini membara kelak hanya bisa mematahkan banyak asmara. Aku takut kelak hanya akan menjadi seorang pria tua yang menyesali masa lalunya; masa lalu kelam yang dibuat oleh kebodohannya sendiri.

Mati hanya akan membuat susah semuanya, namun hidup juga tak tahu harus apa. Mereka bilang manusia memang tidak luput dari kesalahan, namun jika kesalahannya melibatkan banyak hati dan perasaan, aku harus apa?!

Rasa kecewa terbesar adalah kecewa dengan diri sendiri itu nyata adanya, siapapun pasti pernah mengalaminya, namun tak semua orang mampu mengatasinya.

Berat sekali rasanya merasakan perubahan yang sama sekali tak pernah diharapakan seperti ini. Berat sekali rasanya mempunyai banyak cerita namun tak tahu harus diceritakan ke siapa.  Berat sekali rasanya menyadarkan diri sendiri bahwa semua yang diterima saat ini adalah atas dasar kesalahan diri sendiri.

Selamat tinggal, Nawasena.

Tak kutinggalkan arunika, hanya berlari menuju sinar mentari kota, bukan pantulan pada kaca jendela, namun tak kudapatkan rasa damainya. 

Berperang dengan jiwa yang murka. Di bawah serangan senja yang menggila kuperhatikan kilas baliknya; Sepasang anak muda tenggelam ke dalam ombak asmara. Mungkin baiknya gagal berlayar karena kapal yang belum sepenuhnya dipersiapkan, namun keinginan memaksakan segalanya sehingga tenggelam pada rayuan dunia.

Kisah tragis yang mencelakai banyak manusia. Bukan salah asmara, hanya ketidak-siapan yang menjalaninya saja. Yang sangat disayangkan adalah kejadian setelahnya, entah akan seperti apa, namun menghilang bukan pilihan yang terbaik untuk membalas rasa bersalahnya. 

Maafkanlah hamba atas segala kecerobohannya. Mulai saat ini lebih baik duduk manis saja mendengar cerita dari orang-orang yang bahagia.

Bercerita Tentang Bahagia